Pages

Jumat, 25 April 2014

SINUSITIS


Definisi
 
Sinusitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada sinus. Sinus sendiri adalah rongga udara yang terdapat di area wajah yang terhubung dengan hidung. Fungsi dari rongga sinus adalah untuk menjaga kelembapan hidung & menjaga pertukaran udara di daerah hidung.
Peradangan mukosa sinus dapat berupa sinusitis maksilaris, sinusitis etmoid, sinusitis frontal, dan sinusitis sfenoid. Bila yang terkena lebih dari satu sinus disebut multisinusitis, dan bila semua sinus terkena disebut pansinusitis.
Ada delapan sinus paranasal, empat buah pada masing-masing sisi hidung yaitu:
      a.  Sinus Frontal, terletak di atas mata dibagian tengah dari masing-masing alis.
      b.   Sinus Maxillary, terletak diantara tulang pipi, tepat disamping hidung.
      c.    Sinus Ethmoid, terletak diantara mata, tepat di belakang tulang hidung.
      d.   Sinus Sphenoid, terletak dibelakang sinus ethmoid dan dibelakang mata.

Semua sinus ini dilapisi oleh mukosa yang merupakan lanjutan mukosa hidung, berisi udara dan semua bermuara di rongga hidung melalui ostium masing-masing.
Fungsi sinus paranasal adalah :
     Membentuk pertumbuhan wajah karena di dalam sinus terdapat rongga udara sehingga bisa untuk perluasan. Jika tidak terdapat sinus maka pertumbuhan tulang akan terdesak.
     Sebagai pengatur udara (air conditioning).
     Peringan cranium.
     Resonansi suara.
     Membantu produksi mukus.

Epidemiologi

Data dari DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus berada pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit.Penelitian Darmawan dkk tahun 2005, jumlah penderita rinosinusitis pada anak di RSCM Jakarta tahun 1998-2004 adalah 163 orang, terdiri dari 90 lelaki(55,2%) dan 73 perempuan (44,8%). Kelompok umur terbanyak yaitu >6 tahun 113 orang (69,3%) dan manifestasi klinis terbanyak adalah batuk 152 orang (93,3%).Asma ditemukan pada 84 orang (51,5%) dan rinitis alergi 44 orang (27%).
Di bagian THT RS dr. Wahidin Sudirohusodo, Makasar dilaporkan tindakan bedah sinus endoskopi fungsional pada periode Januari 2005-Juli 2006 yaitu 21 kasus atas indikasi rinosinusitis, 33 kasus pada polip hidung disertai rinosinusitis dan 30 kasus atas indikasi rinosinusitis dan septum deviasi.
Sedangkan di klinik THT-KL RSUP Dr. Kariadi Semarang, Jumlah kunjungan
pasien rinosinusitis kronik pada tahun 2006, dicatat sebanyak 1.152 kasus, dimana
816 kasus (71%) merupakan kasus lama yang mengalami kekambuhan.

Etiologi

Sinusitis bisa bersifat akut (berlangsung selama 3 minggu atau kurang)
maupun kronis (berlangsung selama 3-8 minggu tetapi dapat berlanjut sampai
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun).
Penyebab sinusitis akut:

o Infeksi virus
- Sinusitis akut bisa terjadi setelah suatu infeksi virus pada saluran pernafasan
bagian atas (misalnya pilek).

o Bakteri
- Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan
normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase
dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang
sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan menyusup ke dalam
sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.

o Infeksi jamur
- Kadang infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut. Aspergillus merupakan
jamur yang bisa menyebabkan sinusitis pada penderita gangguan sistem kekebalan. Pada orang-orang tertentu, sinusitis jamur merupakan sejenis reaksi
alergi terhadap jamur.

o Peradangan menahun pada saluran hidung.
- Pada penderita rinitis alergika bisa terjadi sinusitis akut. Demikian pula halnya
pada penderita rinitis vasomotor.

o Penyakit tertentu.
- Sinusitis akut lebih sering terjadi pada penderita gangguan sistem kekebalan dan
penderita kelainan sekresi lendir (misalnya fibrosis kistik).

Penyebab sinusitis kronis:
o Asma
o Penyakit alergi (misalnya rinitis alergika)
o Gangguan sistem kekebalan atau kelainan sekresi maupun pembuangan lendir.

Penatalaksanaan

     1)        Penatalaksanaan Medis
   a. Drainage
1.      Dengan pemberian obat, yaitu dekongestan local seperti efedrin 1%(dewasa)      ½%(anak) dan dekongestan oral sedo efedrin 3 X 60 mg.
2.      Surgikal dengan irigasi sinus maksilaris.
   b.    Pemberian antibiotik dalam 5-7 hari (untuk Sinusitis akut) yaitu:
1.    Ampisilin 4 X 500 mg
2.    Amoksilin 3 x 500 mg
3.    Sulfametaksol=TMP (800/60) 2 x 1tablet
4.    Diksisiklin 100 mg/hari.
   c.    Pemberian obat simtomatik. Contohnya parasetamol., metampiron 3 x 500 mg.
   d.   Untuk Sinusitis kronis, bisa dengan:
1.      Cabut geraham atas bila penyebab dentogen
2.      Irigasi 1 x setiap minggu (10-20)
3.      Operasi Cadwell Luc bila degenerasi mukosa ireversibel (biopsi).
       2)        Penatalaksanaan Pembedahan
   a.       Radikal
1.      Sinus maksila dengan operasi Cadhwell-luc.
2.      Sinus ethmoid dengan ethmoidektomi.
3.      Sinus frontal dan sfenoid dengan operasi Killian.
   b.      Non Radikal
Bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF). Prinsipnya dengan membuka dan membersihkan daerah kompleks ostiomeatal.

Pencegahan 

Kekambuhan dapat dicegah sehingga pasien tidak perlu mengalami perburukan gejala sinusitis kronik.Usaha pencegahan seperti irigasi nasal dengan menggunakan salin, manajemen pada penyakit yang mengikuti, menaikkan tingkat kebersihan untuk menjaga higienisitas sehingga mencegah infeksi sekunder.

 Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan kelancaran klirens dari mukosiliar didalam komplek osteo meatal (KOM). Disamping itu mukus juga mengandung substansi antimikrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.
Bila terinfeksi organ yang membentuk KOM mengalami oedem, sehingga mukosa yang berhadapan akan saling bertemu. Hal ini menyebabkan silia tidak dapat bergerak dan juga menyebabkan tersumbatnya ostium. Hal ini menimbulkan tekanan negatif didalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi atau penghambatan drainase sinus. Efek awal yang ditimbulkan adalah keluarnya cairan serous yang dianggap sebagai sinusitis non bakterial yang dapat sembuh tanpa pengobatan.
Bila tidak sembuh maka sekret yang tertumpuk dalam sinus ini akan menjadi media yang paten untuk tumbuh dan multiplikasi bakteri, dan sekret akan berubah menjadi purulen yang disebut sinusitis akut bakterialis yang membutuhkan terapi antibiotik. Jika terapi inadekuat maka keadaan ini bisa berlanjut, akan terjadi hipoksia dan bakteri anaerob akan semakin berkembang. Keadaan ini menyebabkan perubahan kronik dari mukosa yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista.

Alur diagnosis

Pemeriksaan:
a. Inspeksi
Yang diperhatikan adalah pembengkakan di kelopak mata atas mungkin menunjukkan sinusitis frontal akut.
b. Palpasi
Pada sinusitis frontalis terdapat nyeri tekan pada dasar sinus frontal, yaitu pada bagian medial atap orbita.
c. Perkusi
Dengan perkusi pada lokasi sinus frontalis yang terinfeksi akan memberikan rasa nyeri yang hebat 8.
d. Transluminasi (Diaphanoscopia)
Transluminasi pada daerah atap dari orbita jika memberikan gambaran yang terang menunjukkan sinus frontalis berkembang dengan baik dan normal, namun jika gambarannya gelap menunjukkan sinus tidak berkembang atau adanya pus, mukosa yang menebal ataupun terdapatnya neoplasma.
e. Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang dapat membantu menegakkan diagnosa sinusitis frontalis adalah sebagai berikut.

1. Posisi Caldwell
Posisi ini didapt dengan meletakkan hidung dan dahi diatas meja sedemikian rupa sehingga garis orbito-meatal (yang menghubungkan kantus lateralis mata dengan batas superior kanalis auditorius eksterna) tegak lurus terhadap film. Sudut sinar rontgen adalah 15 derajat
karniokaudal dengan titik keluarnya nasion.

2. Posisi Waters
Posisi ini yang paling sering digunakan. Maksud dari posisi ini adalah untuk memproyeksikan tulang petrosus supaya terletak dibawah antrum maksila. Hal ini didapatkan dengan menengadahkan kepala pasien sedemikian rupa sehingga dagu menyentuh permukaan meja. Bidang yang melalui kantus medial mata dan tragus membentuk sudut lebih kurang 37 derajat dengan film.proyeksi waters dengan mulut terbuka memberikan pandangan terhadap semua sinus paranasal.

3. Posisi lateral
Kaset dan film diletakkan paralel terhadap bidang sagital utama tengkorak.

f. CT-SCAN
 Lebih akurat untuk melihat kelainan sinus, namun harganya lebih mahal.

Referensi:

Soetjipto D, Mangunkusumo E. Sinus Paranasal. Dalam: Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi ke lima. Editor:

Soepardi EA, Iskandar N. Jakarta: Gaya baru; 2001. 115-124

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI

Mangunkusumo E, Soetjipto D. Sinus Paranasal dan Sinusitis, Dalam:

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala&Leher.

Edisi Keenam. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2009.

0 komentar:

Posting Komentar


Jumat, 25 April 2014

SINUSITIS


Definisi
 
Sinusitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada sinus. Sinus sendiri adalah rongga udara yang terdapat di area wajah yang terhubung dengan hidung. Fungsi dari rongga sinus adalah untuk menjaga kelembapan hidung & menjaga pertukaran udara di daerah hidung.
Peradangan mukosa sinus dapat berupa sinusitis maksilaris, sinusitis etmoid, sinusitis frontal, dan sinusitis sfenoid. Bila yang terkena lebih dari satu sinus disebut multisinusitis, dan bila semua sinus terkena disebut pansinusitis.
Ada delapan sinus paranasal, empat buah pada masing-masing sisi hidung yaitu:
      a.  Sinus Frontal, terletak di atas mata dibagian tengah dari masing-masing alis.
      b.   Sinus Maxillary, terletak diantara tulang pipi, tepat disamping hidung.
      c.    Sinus Ethmoid, terletak diantara mata, tepat di belakang tulang hidung.
      d.   Sinus Sphenoid, terletak dibelakang sinus ethmoid dan dibelakang mata.

Semua sinus ini dilapisi oleh mukosa yang merupakan lanjutan mukosa hidung, berisi udara dan semua bermuara di rongga hidung melalui ostium masing-masing.
Fungsi sinus paranasal adalah :
     Membentuk pertumbuhan wajah karena di dalam sinus terdapat rongga udara sehingga bisa untuk perluasan. Jika tidak terdapat sinus maka pertumbuhan tulang akan terdesak.
     Sebagai pengatur udara (air conditioning).
     Peringan cranium.
     Resonansi suara.
     Membantu produksi mukus.

Epidemiologi

Data dari DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus berada pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit.Penelitian Darmawan dkk tahun 2005, jumlah penderita rinosinusitis pada anak di RSCM Jakarta tahun 1998-2004 adalah 163 orang, terdiri dari 90 lelaki(55,2%) dan 73 perempuan (44,8%). Kelompok umur terbanyak yaitu >6 tahun 113 orang (69,3%) dan manifestasi klinis terbanyak adalah batuk 152 orang (93,3%).Asma ditemukan pada 84 orang (51,5%) dan rinitis alergi 44 orang (27%).
Di bagian THT RS dr. Wahidin Sudirohusodo, Makasar dilaporkan tindakan bedah sinus endoskopi fungsional pada periode Januari 2005-Juli 2006 yaitu 21 kasus atas indikasi rinosinusitis, 33 kasus pada polip hidung disertai rinosinusitis dan 30 kasus atas indikasi rinosinusitis dan septum deviasi.
Sedangkan di klinik THT-KL RSUP Dr. Kariadi Semarang, Jumlah kunjungan
pasien rinosinusitis kronik pada tahun 2006, dicatat sebanyak 1.152 kasus, dimana
816 kasus (71%) merupakan kasus lama yang mengalami kekambuhan.

Etiologi

Sinusitis bisa bersifat akut (berlangsung selama 3 minggu atau kurang)
maupun kronis (berlangsung selama 3-8 minggu tetapi dapat berlanjut sampai
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun).
Penyebab sinusitis akut:

o Infeksi virus
- Sinusitis akut bisa terjadi setelah suatu infeksi virus pada saluran pernafasan
bagian atas (misalnya pilek).

o Bakteri
- Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan
normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase
dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang
sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan menyusup ke dalam
sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.

o Infeksi jamur
- Kadang infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut. Aspergillus merupakan
jamur yang bisa menyebabkan sinusitis pada penderita gangguan sistem kekebalan. Pada orang-orang tertentu, sinusitis jamur merupakan sejenis reaksi
alergi terhadap jamur.

o Peradangan menahun pada saluran hidung.
- Pada penderita rinitis alergika bisa terjadi sinusitis akut. Demikian pula halnya
pada penderita rinitis vasomotor.

o Penyakit tertentu.
- Sinusitis akut lebih sering terjadi pada penderita gangguan sistem kekebalan dan
penderita kelainan sekresi lendir (misalnya fibrosis kistik).

Penyebab sinusitis kronis:
o Asma
o Penyakit alergi (misalnya rinitis alergika)
o Gangguan sistem kekebalan atau kelainan sekresi maupun pembuangan lendir.

Penatalaksanaan

     1)        Penatalaksanaan Medis
   a. Drainage
1.      Dengan pemberian obat, yaitu dekongestan local seperti efedrin 1%(dewasa)      ½%(anak) dan dekongestan oral sedo efedrin 3 X 60 mg.
2.      Surgikal dengan irigasi sinus maksilaris.
   b.    Pemberian antibiotik dalam 5-7 hari (untuk Sinusitis akut) yaitu:
1.    Ampisilin 4 X 500 mg
2.    Amoksilin 3 x 500 mg
3.    Sulfametaksol=TMP (800/60) 2 x 1tablet
4.    Diksisiklin 100 mg/hari.
   c.    Pemberian obat simtomatik. Contohnya parasetamol., metampiron 3 x 500 mg.
   d.   Untuk Sinusitis kronis, bisa dengan:
1.      Cabut geraham atas bila penyebab dentogen
2.      Irigasi 1 x setiap minggu (10-20)
3.      Operasi Cadwell Luc bila degenerasi mukosa ireversibel (biopsi).
       2)        Penatalaksanaan Pembedahan
   a.       Radikal
1.      Sinus maksila dengan operasi Cadhwell-luc.
2.      Sinus ethmoid dengan ethmoidektomi.
3.      Sinus frontal dan sfenoid dengan operasi Killian.
   b.      Non Radikal
Bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF). Prinsipnya dengan membuka dan membersihkan daerah kompleks ostiomeatal.

Pencegahan 

Kekambuhan dapat dicegah sehingga pasien tidak perlu mengalami perburukan gejala sinusitis kronik.Usaha pencegahan seperti irigasi nasal dengan menggunakan salin, manajemen pada penyakit yang mengikuti, menaikkan tingkat kebersihan untuk menjaga higienisitas sehingga mencegah infeksi sekunder.

 Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan kelancaran klirens dari mukosiliar didalam komplek osteo meatal (KOM). Disamping itu mukus juga mengandung substansi antimikrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.
Bila terinfeksi organ yang membentuk KOM mengalami oedem, sehingga mukosa yang berhadapan akan saling bertemu. Hal ini menyebabkan silia tidak dapat bergerak dan juga menyebabkan tersumbatnya ostium. Hal ini menimbulkan tekanan negatif didalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi atau penghambatan drainase sinus. Efek awal yang ditimbulkan adalah keluarnya cairan serous yang dianggap sebagai sinusitis non bakterial yang dapat sembuh tanpa pengobatan.
Bila tidak sembuh maka sekret yang tertumpuk dalam sinus ini akan menjadi media yang paten untuk tumbuh dan multiplikasi bakteri, dan sekret akan berubah menjadi purulen yang disebut sinusitis akut bakterialis yang membutuhkan terapi antibiotik. Jika terapi inadekuat maka keadaan ini bisa berlanjut, akan terjadi hipoksia dan bakteri anaerob akan semakin berkembang. Keadaan ini menyebabkan perubahan kronik dari mukosa yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista.

Alur diagnosis

Pemeriksaan:
a. Inspeksi
Yang diperhatikan adalah pembengkakan di kelopak mata atas mungkin menunjukkan sinusitis frontal akut.
b. Palpasi
Pada sinusitis frontalis terdapat nyeri tekan pada dasar sinus frontal, yaitu pada bagian medial atap orbita.
c. Perkusi
Dengan perkusi pada lokasi sinus frontalis yang terinfeksi akan memberikan rasa nyeri yang hebat 8.
d. Transluminasi (Diaphanoscopia)
Transluminasi pada daerah atap dari orbita jika memberikan gambaran yang terang menunjukkan sinus frontalis berkembang dengan baik dan normal, namun jika gambarannya gelap menunjukkan sinus tidak berkembang atau adanya pus, mukosa yang menebal ataupun terdapatnya neoplasma.
e. Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang dapat membantu menegakkan diagnosa sinusitis frontalis adalah sebagai berikut.

1. Posisi Caldwell
Posisi ini didapt dengan meletakkan hidung dan dahi diatas meja sedemikian rupa sehingga garis orbito-meatal (yang menghubungkan kantus lateralis mata dengan batas superior kanalis auditorius eksterna) tegak lurus terhadap film. Sudut sinar rontgen adalah 15 derajat
karniokaudal dengan titik keluarnya nasion.

2. Posisi Waters
Posisi ini yang paling sering digunakan. Maksud dari posisi ini adalah untuk memproyeksikan tulang petrosus supaya terletak dibawah antrum maksila. Hal ini didapatkan dengan menengadahkan kepala pasien sedemikian rupa sehingga dagu menyentuh permukaan meja. Bidang yang melalui kantus medial mata dan tragus membentuk sudut lebih kurang 37 derajat dengan film.proyeksi waters dengan mulut terbuka memberikan pandangan terhadap semua sinus paranasal.

3. Posisi lateral
Kaset dan film diletakkan paralel terhadap bidang sagital utama tengkorak.

f. CT-SCAN
 Lebih akurat untuk melihat kelainan sinus, namun harganya lebih mahal.

Referensi:

Soetjipto D, Mangunkusumo E. Sinus Paranasal. Dalam: Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi ke lima. Editor:

Soepardi EA, Iskandar N. Jakarta: Gaya baru; 2001. 115-124

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI

Mangunkusumo E, Soetjipto D. Sinus Paranasal dan Sinusitis, Dalam:

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala&Leher.

Edisi Keenam. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2009.

0 komentar:

Posting Komentar