Pages

Jumat, 25 April 2014

LARINGITIS



Definisi
 
Larynx adalah kotak suara. Larynx terdiri dari rangka tulang rawan yang memondokkan pita-pita suara, yang ditutupi oleh lapisan lendir. Otot-otot didalam larynx menyesuaikan posisi, bentuk, dan tegangan dari pita-pita suara, mengizinkan kita untuk membuat suara-suara yang berbeda. Segala perubahan dalam aliran udara (yang dihasilkan oleh paru-paru) diseluruh pita-pita suara akan mempengaruhi suara dan kwalitas suara.
Larynx berlokasi pada sambungan dari mulut dan trachea dan mempunyai penutup seperti flap yang disebut epiglottis, yang pekerjaannya adalah untuk mencegah makanan dan air liur memasuki larynx sewaktu menelan.
Laryngitis (larynx + itis = peradangan) adalah peradangan dari kotak suara, menyebabkan parau/serak atau suara yang berbunyi suara parau atau bahkan ketidakmampuan untuk berbicara. Radang akut laring, pada umumnya merupakan kelanjutan dari rinofaringitis ( common cold ).
Etiologi
Laringitis biasanya berkaitan bakteri yang menyebabkan radang lokal atau virus yang menyebabkan peradangan sistemik. Akan tetapi inflamasi tesebut juga dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab diantaranya adalah 
Laringitis akut
Laringitis kronis
  1. Rhinovirus
  2. Parainfluenza virus
  3. Adenovirus
  4. Virus mumps
  5. Varisella zooster virus
  6. Penggunaan asma inhaler
  7. Penggunaan suara berlebih dalam pekerjaan : Menyanyi, Berbicara dimuka umum Mengajar
  8. Alergi
  9. Streptococcus grup A
  10. Moraxella catarrhalis
  11. Gastroesophageal refluks
  1. Infeksi bakteri
  2. Infeksi tuberkulosis
  3. Sifilis
  4. Leprae
  5. Virus
  6. Jamur
  7. Actinomycosis
  8. Penggunaan suara berlebih
  9. Alergi
  10. Faktor lingkungan seperti asap, debu
  11. Penyakit sistemik : wegener granulomatosis, amiloidosis
  12. Alkohol
  13. Gatroesophageal refluks

Epidemiologi

Dari penelitian di Seattle – Amerika, didapatkan angka serangan croup pada bayi usia 0-5 bulan didapatkan 5.2 dari 1000 anak per tahun, pada bayi usia 6-12 bulan didapatkan 11 dari 1000 anak per tahun, pada anak usia 1 tahun didapatkan 14.9 dari 1000 anak per tahun, pada anak usia 2-3 tahun didapatkan 7.5 dari 1000 anak per tahun, dan pada anak usia 4-5 tahun didapatkan 3.1 dari 1000 anak per tahun.
Dari penelitian di Chapel Hill – NC, didapatkan data-data perbandingannya yaitu 24.3, 39.7, 47, 31.2, dan 14.5, dan dari data-data tersebut didapatkan 1.26% membutuhkan perawatan di rumahsakit.
Di Tuscon – AZ didapatkan angka serangan croup selama tahun pertama kehidupan 107 kasus dari 961 anak. Laringitis atau croup mempunyai puncak insidensi pada usia 1-2 tahun. Sebelum usia 6 tahun laki-laki lebih mudah terserang dibandingkan perempuan, dengan perbandingan laki-laki/perempuan 1.43:1.

Patogenesis

Bila jaringan cedera karena terinfeksi oleh kuman, maka pada jaringan ini akan terjadi rangkaian reaksi yang menyebabkan musnahnya agen yang membahayakan jaringan atau yang mencegah agen ini menyebar lebih luas. Rekasi-reaksi ini kemudian juga menyebabkan jaringan yang cedera diperbaiki. Rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan cedera ini dinamakan radang.
Laringitis akut merupakan proses inflamasi pada mukosa pita suara dan laring yang berlangsung kurang dari 3 minggu. Bila etiologi dari laringitis akut disebabkan oleh adanya suatu infeksi, maka sel darah putih akan bekerja membunuh mikroorganisme selama proses penyembuhan. Pita suara kemudian akan menjadi tampak edema, dan proses vibrasi juga umumnya ikut mengalami gangguan. Hal ini juga dapat memicu timbulnya suara yang parau disebabkan oleh gangguan fonasi. Membran yang meliputi pita suara juga terlihat berwarna kemerahan dan membengkak.
Laringitis kronis merupakan suatu proses inflamasi yang menunjukkan adanya peradangan pada mukosa laring yang berlangsung lama. Pada laringitis kronis proses peradangan dapat tetap terjadi meskipun faktor penyebabnya sudah tidak ada. Proses inflamasi akan menyebabkan kerusakan pada epitel bersilia pada laring, terutama pada dinding belakang laring. Hal ini akan menyebabkan gangguan dalam pengeluaran sekret dari traktus trakeobronkial. Bila hal ini terjadi, sekret akan berada tetap pada dinding posterior laring dan sekitar pita suara menimbulkan reaksi timbulnya batuk. Adanya sekret pada daerah pita suara dapat menimbulkan laringospasme. Perubahan yang berarti juga dapat terjadi pada epitel dari pita suara berupa hiperkeratosis, diskeratosis, parakeratosis dan akantosis.

Pencegahan
  • Tidak merokok dan hindari menjadi perokok pasif. Asap rokok membuat kering tenggorokan dan mengiritasi pita suara.
  • Batasi konsumsi alkohol dan kafein. Minuman ini membuat tubuh kehilangan air lebih banyak.
  • Minum air yang cukup. Air membantu mengencerkan lendir pada tenggorokan sehinga mudah dikeluarkan.
  • Hindari batuk. Batuk memberikan efek yang kurang baik karena menyebabkan getaran pada pita suara dan bisa menambah pembengkakan. Batuk juga membuat tenggorokan menghasilkan lendir yang lebih banyak dan terasa lebih teriritasi, sehingga membuat seseorang ingin batuk lagi.
  • Hindari infeksi saluran nafas bagian atas, misalnya dengan sering mencuci tangan dan hindari kontak dengan orang-orang yang sedang terkena pilek.
Alur Diagnosis

Diagnosis laringitis akut dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemerinksaan penunjang:

Anamnesis
Ditemukan gejala demam, malaise, batuk, nyeri telan, ngorok saat tidur, yang dapat berlangsung selama 3 minggu dan pada keadaan berat didapatkan sesak napas. Pada anamnesis dapat ditanyakan :
  1. Kapan pertama kali timbul serta faktor yang memicu dan mengurangi gejala
  2. Kondisi kesehatan secara umum
  3. Riwayat pekerjaan, termasuk adanya kontak dengan bahan yang dapat memicu timbulnya laringitis seperti debu, asap.
  4. Penggunaan suara berlebih
  5. Penggunaan obat-obatan seperti diuretik, antihipertensi, antihistamin yang dapat menimbulkan kekeringan pada mukosa dan lesi pada mukosa.
  6. Riwayat merokok
  7. Riwayat makan
  8. Suara parau atau disfonia
  9. Batuk kronis terutama pada malam hari
  10. Stridor karena adanya laringospasme bila sekret terdapat disekitar pita suara
  11. Disfagia dan otalgia
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik terdapat stridor inspirasi, sianosis, sesak nafas yang ditandai dengan nafas cuping hidung, retraksi dinding dada, frekuensi nafas dapat meningkat, dan adanya takikardi yang tidak sesuai dengan peningkatan suhu badan merupakan tanda hipoksia
Pemeriksaan dengan laringoskop direk atau indirek dapat membantu menegakkan diagnosis. Dari pemeriksaan ini plika vokalis berwarna merah dan tampak edema terutama dibagian atas dan bawah glotis.
 
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan usapan sekret tenggorok dan kultur dapat dilakukan untuk mengetahui kuman penyebab, namun pada anak seringkali tidak ditemukan kuman patogen penyebab. Dan gambaran darah dapat normal, jika disertai infeksi sekunder leukosit dapat meningkat.
Proses peradangan pada laring seringkali juga melibatkan seluruh saluran nafas baik hidung, sinus, faring, trakea dan bronkus, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan foto.
Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis (Steeple sign).
Tanda ini ditemukan pada 50% kasus

Penatalaksanaan
:: Perawatan Umum
1)     Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari
2)     Dianjurkan menghirup udara lembab –> Misal: uap air hangat
3)     Menghindari iritasi pada faring dan laring, misalnya merokok, makan pedas atau minum dingin.
4)     Dapat berobat jalan. Kecuali bila ada tanda sumbatan napas, penderita harus dirawat. (terutama pada anak-anak)
5)     Laringitis kronis dapat diatasi latihan kembali kebiasaan menggunakan vocal dengan terapi bicara
:: Perwatan khusus                 
a. Terapi Medikamentosa
1)     Antibiotika golongan penisilin. Untuk dewasa 3 x 500 mg/hari, Bila alergi terhadap penisilin dapat diberikan eritrosin atau bactrim.
2)     Kortikosteroid  intravena berupa deksametason dengan dosis 0,5 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis, diberikan selama 1-2 hari diberikan untuk mengatasi udema laring.
3)     Apabila terdapat sumbatan laring dilakukan pemasangan pipa endotrakea atau trakeostami
b. Terapi Bedah
bila terdapat sekuester dan trakeostomi dan tergantung pada stadium sumbatan laring.

Prognosis
Proses peradangan pada laring seringkali juga melibatkan seluruh saluran nafas baik hidung, sinus, faring, trakea dan bronkus, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan foto.
Laringitis akut pada anak sering menyebabkan obstruksi saluran nafas yang kemudian mengakibatkan terjadinya distres respirasi akut, yang apabila tidak ditangani dengan cepat dapat menyebabkan kematian.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
a. Agen penyebab laringitis akut, terutama virus menyebabkan inflamasi, peningkatan produksi mukous, dan berkurang atau hilangnya aktivitas silia di saluran nafas.
b. Diameter saluran nafas pada anak lebih kecil dibanding orang dewasa, sehingga inflamasi dan produksi mukous yang meningkat dapat dengan cepat menyebabkan obstruksi saluran nafas yang hebat
c. Subglotis terdiri dari kartilago cricoid yang kaku, sehingga inflamasi dan edema di daerah ini akan semakin memperkecil diameter saluran nafas.
d. Kolaps dinamik (yaitu menyempitnya saluran nafas bagian atas pada saat fase inspirasi) cenderung terjadi pada anak kecil oleh karena struktur kartilago trakea yang belum sempurna.
e. Bayi dan anak amat rentan terhadap kelelahan otot nafas dan gagal nafas akibat peningkatan kerja nafas.

Referensi:

·       Herry Garna, Heda Melinda D. Nataprawira. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Indonesia: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. 2005.

·       Kasper, Dennis L. Harrison’s Principles of Internal Medicine, Edisi 16. USA: McGraw Hill. 2005.
Pencegahan laryngitis : http://m.medicastore.com/index.php?mod=pencegahan&id=58

0 komentar:

Posting Komentar


Jumat, 25 April 2014

LARINGITIS



Definisi
 
Larynx adalah kotak suara. Larynx terdiri dari rangka tulang rawan yang memondokkan pita-pita suara, yang ditutupi oleh lapisan lendir. Otot-otot didalam larynx menyesuaikan posisi, bentuk, dan tegangan dari pita-pita suara, mengizinkan kita untuk membuat suara-suara yang berbeda. Segala perubahan dalam aliran udara (yang dihasilkan oleh paru-paru) diseluruh pita-pita suara akan mempengaruhi suara dan kwalitas suara.
Larynx berlokasi pada sambungan dari mulut dan trachea dan mempunyai penutup seperti flap yang disebut epiglottis, yang pekerjaannya adalah untuk mencegah makanan dan air liur memasuki larynx sewaktu menelan.
Laryngitis (larynx + itis = peradangan) adalah peradangan dari kotak suara, menyebabkan parau/serak atau suara yang berbunyi suara parau atau bahkan ketidakmampuan untuk berbicara. Radang akut laring, pada umumnya merupakan kelanjutan dari rinofaringitis ( common cold ).
Etiologi
Laringitis biasanya berkaitan bakteri yang menyebabkan radang lokal atau virus yang menyebabkan peradangan sistemik. Akan tetapi inflamasi tesebut juga dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab diantaranya adalah 
Laringitis akut
Laringitis kronis
  1. Rhinovirus
  2. Parainfluenza virus
  3. Adenovirus
  4. Virus mumps
  5. Varisella zooster virus
  6. Penggunaan asma inhaler
  7. Penggunaan suara berlebih dalam pekerjaan : Menyanyi, Berbicara dimuka umum Mengajar
  8. Alergi
  9. Streptococcus grup A
  10. Moraxella catarrhalis
  11. Gastroesophageal refluks
  1. Infeksi bakteri
  2. Infeksi tuberkulosis
  3. Sifilis
  4. Leprae
  5. Virus
  6. Jamur
  7. Actinomycosis
  8. Penggunaan suara berlebih
  9. Alergi
  10. Faktor lingkungan seperti asap, debu
  11. Penyakit sistemik : wegener granulomatosis, amiloidosis
  12. Alkohol
  13. Gatroesophageal refluks

Epidemiologi

Dari penelitian di Seattle – Amerika, didapatkan angka serangan croup pada bayi usia 0-5 bulan didapatkan 5.2 dari 1000 anak per tahun, pada bayi usia 6-12 bulan didapatkan 11 dari 1000 anak per tahun, pada anak usia 1 tahun didapatkan 14.9 dari 1000 anak per tahun, pada anak usia 2-3 tahun didapatkan 7.5 dari 1000 anak per tahun, dan pada anak usia 4-5 tahun didapatkan 3.1 dari 1000 anak per tahun.
Dari penelitian di Chapel Hill – NC, didapatkan data-data perbandingannya yaitu 24.3, 39.7, 47, 31.2, dan 14.5, dan dari data-data tersebut didapatkan 1.26% membutuhkan perawatan di rumahsakit.
Di Tuscon – AZ didapatkan angka serangan croup selama tahun pertama kehidupan 107 kasus dari 961 anak. Laringitis atau croup mempunyai puncak insidensi pada usia 1-2 tahun. Sebelum usia 6 tahun laki-laki lebih mudah terserang dibandingkan perempuan, dengan perbandingan laki-laki/perempuan 1.43:1.

Patogenesis

Bila jaringan cedera karena terinfeksi oleh kuman, maka pada jaringan ini akan terjadi rangkaian reaksi yang menyebabkan musnahnya agen yang membahayakan jaringan atau yang mencegah agen ini menyebar lebih luas. Rekasi-reaksi ini kemudian juga menyebabkan jaringan yang cedera diperbaiki. Rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan cedera ini dinamakan radang.
Laringitis akut merupakan proses inflamasi pada mukosa pita suara dan laring yang berlangsung kurang dari 3 minggu. Bila etiologi dari laringitis akut disebabkan oleh adanya suatu infeksi, maka sel darah putih akan bekerja membunuh mikroorganisme selama proses penyembuhan. Pita suara kemudian akan menjadi tampak edema, dan proses vibrasi juga umumnya ikut mengalami gangguan. Hal ini juga dapat memicu timbulnya suara yang parau disebabkan oleh gangguan fonasi. Membran yang meliputi pita suara juga terlihat berwarna kemerahan dan membengkak.
Laringitis kronis merupakan suatu proses inflamasi yang menunjukkan adanya peradangan pada mukosa laring yang berlangsung lama. Pada laringitis kronis proses peradangan dapat tetap terjadi meskipun faktor penyebabnya sudah tidak ada. Proses inflamasi akan menyebabkan kerusakan pada epitel bersilia pada laring, terutama pada dinding belakang laring. Hal ini akan menyebabkan gangguan dalam pengeluaran sekret dari traktus trakeobronkial. Bila hal ini terjadi, sekret akan berada tetap pada dinding posterior laring dan sekitar pita suara menimbulkan reaksi timbulnya batuk. Adanya sekret pada daerah pita suara dapat menimbulkan laringospasme. Perubahan yang berarti juga dapat terjadi pada epitel dari pita suara berupa hiperkeratosis, diskeratosis, parakeratosis dan akantosis.

Pencegahan
  • Tidak merokok dan hindari menjadi perokok pasif. Asap rokok membuat kering tenggorokan dan mengiritasi pita suara.
  • Batasi konsumsi alkohol dan kafein. Minuman ini membuat tubuh kehilangan air lebih banyak.
  • Minum air yang cukup. Air membantu mengencerkan lendir pada tenggorokan sehinga mudah dikeluarkan.
  • Hindari batuk. Batuk memberikan efek yang kurang baik karena menyebabkan getaran pada pita suara dan bisa menambah pembengkakan. Batuk juga membuat tenggorokan menghasilkan lendir yang lebih banyak dan terasa lebih teriritasi, sehingga membuat seseorang ingin batuk lagi.
  • Hindari infeksi saluran nafas bagian atas, misalnya dengan sering mencuci tangan dan hindari kontak dengan orang-orang yang sedang terkena pilek.
Alur Diagnosis

Diagnosis laringitis akut dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemerinksaan penunjang:

Anamnesis
Ditemukan gejala demam, malaise, batuk, nyeri telan, ngorok saat tidur, yang dapat berlangsung selama 3 minggu dan pada keadaan berat didapatkan sesak napas. Pada anamnesis dapat ditanyakan :
  1. Kapan pertama kali timbul serta faktor yang memicu dan mengurangi gejala
  2. Kondisi kesehatan secara umum
  3. Riwayat pekerjaan, termasuk adanya kontak dengan bahan yang dapat memicu timbulnya laringitis seperti debu, asap.
  4. Penggunaan suara berlebih
  5. Penggunaan obat-obatan seperti diuretik, antihipertensi, antihistamin yang dapat menimbulkan kekeringan pada mukosa dan lesi pada mukosa.
  6. Riwayat merokok
  7. Riwayat makan
  8. Suara parau atau disfonia
  9. Batuk kronis terutama pada malam hari
  10. Stridor karena adanya laringospasme bila sekret terdapat disekitar pita suara
  11. Disfagia dan otalgia
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik terdapat stridor inspirasi, sianosis, sesak nafas yang ditandai dengan nafas cuping hidung, retraksi dinding dada, frekuensi nafas dapat meningkat, dan adanya takikardi yang tidak sesuai dengan peningkatan suhu badan merupakan tanda hipoksia
Pemeriksaan dengan laringoskop direk atau indirek dapat membantu menegakkan diagnosis. Dari pemeriksaan ini plika vokalis berwarna merah dan tampak edema terutama dibagian atas dan bawah glotis.
 
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan usapan sekret tenggorok dan kultur dapat dilakukan untuk mengetahui kuman penyebab, namun pada anak seringkali tidak ditemukan kuman patogen penyebab. Dan gambaran darah dapat normal, jika disertai infeksi sekunder leukosit dapat meningkat.
Proses peradangan pada laring seringkali juga melibatkan seluruh saluran nafas baik hidung, sinus, faring, trakea dan bronkus, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan foto.
Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis (Steeple sign).
Tanda ini ditemukan pada 50% kasus

Penatalaksanaan
:: Perawatan Umum
1)     Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari
2)     Dianjurkan menghirup udara lembab –> Misal: uap air hangat
3)     Menghindari iritasi pada faring dan laring, misalnya merokok, makan pedas atau minum dingin.
4)     Dapat berobat jalan. Kecuali bila ada tanda sumbatan napas, penderita harus dirawat. (terutama pada anak-anak)
5)     Laringitis kronis dapat diatasi latihan kembali kebiasaan menggunakan vocal dengan terapi bicara
:: Perwatan khusus                 
a. Terapi Medikamentosa
1)     Antibiotika golongan penisilin. Untuk dewasa 3 x 500 mg/hari, Bila alergi terhadap penisilin dapat diberikan eritrosin atau bactrim.
2)     Kortikosteroid  intravena berupa deksametason dengan dosis 0,5 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis, diberikan selama 1-2 hari diberikan untuk mengatasi udema laring.
3)     Apabila terdapat sumbatan laring dilakukan pemasangan pipa endotrakea atau trakeostami
b. Terapi Bedah
bila terdapat sekuester dan trakeostomi dan tergantung pada stadium sumbatan laring.

Prognosis
Proses peradangan pada laring seringkali juga melibatkan seluruh saluran nafas baik hidung, sinus, faring, trakea dan bronkus, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan foto.
Laringitis akut pada anak sering menyebabkan obstruksi saluran nafas yang kemudian mengakibatkan terjadinya distres respirasi akut, yang apabila tidak ditangani dengan cepat dapat menyebabkan kematian.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
a. Agen penyebab laringitis akut, terutama virus menyebabkan inflamasi, peningkatan produksi mukous, dan berkurang atau hilangnya aktivitas silia di saluran nafas.
b. Diameter saluran nafas pada anak lebih kecil dibanding orang dewasa, sehingga inflamasi dan produksi mukous yang meningkat dapat dengan cepat menyebabkan obstruksi saluran nafas yang hebat
c. Subglotis terdiri dari kartilago cricoid yang kaku, sehingga inflamasi dan edema di daerah ini akan semakin memperkecil diameter saluran nafas.
d. Kolaps dinamik (yaitu menyempitnya saluran nafas bagian atas pada saat fase inspirasi) cenderung terjadi pada anak kecil oleh karena struktur kartilago trakea yang belum sempurna.
e. Bayi dan anak amat rentan terhadap kelelahan otot nafas dan gagal nafas akibat peningkatan kerja nafas.

Referensi:

·       Herry Garna, Heda Melinda D. Nataprawira. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Indonesia: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. 2005.

·       Kasper, Dennis L. Harrison’s Principles of Internal Medicine, Edisi 16. USA: McGraw Hill. 2005.
Pencegahan laryngitis : http://m.medicastore.com/index.php?mod=pencegahan&id=58

0 komentar:

Posting Komentar