Pages

Jumat, 25 April 2014

my life

ini emang baru jas lab, tapi suatu saat nanti ini bakal gue ganti dengan snelli








second home

ASRAMA PUTRI KEDOKTERAN Universitas Muhammadiyah Jakarta, Cempaka Putih.
sedikit mau share tentang asrama gue sama temen temen sekamar gue ehehe
yang gue mau share juga sebenernya bukan kamar asli gue, tapi gue tidur belajar ngegosip curhatnya ya di kamar ini selain sekamar suka pink anak anaknya juga yaaaa lumayan asik.

Ruang Tengah

belajar bareng anak kamar

kamar
(sebelum renovasi)


(sesudah renovasi)



taraaaaaa!!!!!
ini temen temen sekamar gue ada vita rani hestin syifa tari sally, yang 4 orang anak SnS yaaa mereka sekamar jugaaaa ehehe




INFLUENZA


Definisi
Influenza merupakan suatu penyakit infeksi akut saluran pernapasan terutama ditandai oleh demam , menggigil, sakit otot, sakit kepala dan sering disertai pilek, sakit tenggorok dan batuk yang non produktif. Lama sakit berlangsung antara 2-7 hari dan biasanya sembuh sendiri.

Jenis-Jenis virus influenza
  • Influenzavirus A
  • Influenzavirus B
  • Influenzavirus C

Virus influenza A

Genus ini memiliki satu spesies, virus influenza A. Unggas akuatik liar merupakan inang alamiah untuk sejumlah besar varietas influenza A. Kadangkala, virus dapat ditularkan pada spesies lain dan dapat menimbulkan wabah yang berdampak besar pada peternakan unggas domestik atau menimbulkan suatu pandemi influenza manusia.
Virus tipe A merupakan patogen manusia paling virulen di antara ketiga tipe influenza dan menimbulkan penyakit yang paling berat. Virus influenza A dapat dibagi lagi menjadi subdivisi berupa serotipe-serotipe yang berbeda berdasarkan tanggapan antibodi terhadap virus ini.[22] Serotipe yang telah dikonfirmasi pada manusia, diurutkan berdasarkan jumlah kematian pandemi pada manusia, adalah:
·         Flu Babi  Pengertian Flu babi (Swine Influenza) adalah penyakit influenza yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae yang endemik pada populasi babi. Babi dapat menampung virus flu yang berasal dari manusia maupun burung, memungkinkan virus tersebut bertukar gen dan menciptakan galur pandemik. Struktur virus Flu Babi

 Penyebaran virus flu babi Rute utama penularan adalah melalui kontak langsung antara hewan yang terinfeksi dan tidak terinfeksi Ini kontak dekat sangat umum selama transportasi hewan. Pentransferan virus antara babi yang satu dengan yang lainnya mungkin terjadi baik oleh babi, menyentuh hidung, atau melalui lendir kering. Virus ini biasanya menyebar dengan cepat melalui kawanan, menginfeksi semua babi hanya dalam beberapa hari 

·         Cara Memastikan Infeksi Flu Babi Pada Babi Virus flu babi umumnya ketika menginfeksi babi memperlihatkan gejala seperti demam, batuk(menggonggong), keluar dari hidung atau mata, bersin, kesulitan bernapas, mata merah dan berair dan penolakan untuk makan.Beberapa babi mungkin terinfeksi tapi tidak memperlihatkan tanda-tanda suspect, selain itu virus ini di temukan jarang membunuh babi dan kebanyakan wabah terjadi selama musim gugur dan musim dingin akhir seperti infeksi flu musiman pada manusia 

·        Tanda dan Gejala Menurut Pusat Pengawasan dan Menurut Pusat Pengawasan dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat, gejala Serikat, gejala Pencegahan Penyakit di Amerika influenza ini mirip dengan mirip dengan influenza. influenza ini influenza. Gejalanya seperti demam, batuk, sakit pada Gejalanya seperti demam, batuk, sakit pada kerongkongan, sakit pada tubuh, kepala,tubuh, kepala, panas kerongkongan, sakit pada panas dingin, dan lemah lesu. Beberapa penderita dingin, dan lemah lesu. Beberapa penderita juga melaporkan buang air besar dan muntah- dan muntahjuga melaporkan buang air besar muntah. muntah. 

·        Cara Pencegahan Penyebaran virus flu babi dapat dicegah dengn cara hidup sehat. Misalnya : Mencuci tangan setelah kontak dengan binatang , Mencuci tangan dengan sabun sehabis bepergian atau keluar rumah, Memasak dengan kondisi panas lebih dari 600C, Menggunakan masker untuk menutupi mulut dan hidung jika Anda flu, atau berada di hewan yang flu, Sistem ventilasi yang tepat di rumah maupun kandang binatang , Melakukan penyemprotan kandang dengan disinfektan 

·        Cara Penanganan Jika ada orang di sekitar kita mengalami gejala seperti disebutkan tadi, sebaiknya segera dibawa ke dokter. Karena belum ada vaksin untuk penyakit yang satu ini, biasanya dokter akan memberikan infuse untuk mengganti asupan makanan. Selain itu diberi obat seperti Amantadine, Rimantadine, dan Oseltamivir. Untuk mencegah penularan virus ini, penderita akan ditempatkan di ruang khusus. 

·         Penyakit Flu Burung 

·         Flu Burung Pengertian Flu burung (avian influenza) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus awalnya hanya menyerang burung, unggas dan kandang sapi-babi, kemudian oleh proses mutasi genetik juga menyerang manusia. Flu burung disebabkan oleh virus Influenza A subtipe H5N1. Bentuk virus Flu Burung 

·        Proses penularan kepada manusia Unggas yang terinfeksi, mengeluarkan lendir dari mulut atau hidung atau kotorannya. Unggas-unggas yang lain rentan terkena kontaminasi karena pada umumnya ungags hidup berkelompok, sehingga sangat mudah untuk menularkan dari satu ke yang lain. Penularan dari unggas ke manusia terjadi lewat kontak air liur dan kotoran unggas. Kontak itu terjadi lewat sentuhan langsung atau juga melalui kendaraan yang mengangkut hewan-hewan itu. Juga termasuk kandang, alat-alat peternakan, pakan ternak, pakaian, sepatu para peternak. Unggas yang sudah dimasak tidak akan menularkan flu burung ke manusia sebab virus itu akan mati dengan pemanasan 80° lebih dari satu menit. 

·        Ciri-Ciri Manusia yang Terkena Flu Burung Demam tinggi (lebih dari 38 derajat Celsius) Sakit kepala, Batuk-pilek, Sakit tenggorokan, Nyeri otot, Lemas, Tidak nafsu makan, Muntah, Nyeri perut, Nyeri sendi, Infeksi selaput mata (conjunctivitis) 

·         Ciri-Ciri Unggas yang Terkena Flu Burung Mata menjadi putih (pada unggas / itik) Nafsu makan berkurang Lemas, kejang, jengger yang bengkak dan biru Leher terputar Bintik-bintik perdarahan di kaki Keluar cairan jernih sampai kental di mata, hidung dan mulut ,Mencret yang berlebihan , Gangguan pernafasan ,Kematian. 

·        Cara Pencegahan Flu Burung  Hindari berkunjung ke tempat peternakan/pemotongan/penjualan unggas. Hindari memelihara burung/unggas dekat rumah tinggal Sering mencuci tangan dengan sabun atau antiseptic Masak daging/telur unggas sampai suhu mencapai 80 derajat Celsius, minimal 1 menit. Jalankan pola hidup sehat supaya daya tahan tubuh kuat Vaksinasi Jangan menyentuh secara langsung unggas yang sudah mati, kotoran maupun jeroannya. Apabila muncul gejala-gejala yang menyerupai gejala terjangkitnya virus flu burung, harap langung dibawa ke rumah sakit terdekat dan terpercaya untuk dilakukan pemeriksaan dan pengobatan. 

·        Cara Pengobatan Flu Burung  Obat untuk menghilangkan gejala/simptomatis yaitu menurunkan demam, nyeri, batuk, pilek  Obat antivirus yaitu Oseltamivir (Tamiflu) adalah sebuah obat antiviral, sebuah inhibitor neuraminidase yang digunakan dalam penanganan influensa A dan B, dan banyak dikenal sebagai obat yang dianjurkan untuk menangani flu burung. Oseltamivir dikembangkan oleh Gilead Sciences dan saat ini dijual oleh Roche dengan merek dagang Tamiflu.Zanamivir.

Virus influenza B

Genus ini memiliki satu spesies, yaitu virus influenza B. influenza B hampir secara eksklusif hanya menyerang manusia dan lebih jarang dibandingkan dengan influenza A. Hewan lain yang diketahui dapat terinfeksi oleh infeksi influenza B adalah anjing laut dan musang. Jenis influenza ini mengalami mutasi 2-3 kali lebih lambat dibandingkan tipe Adan oleh karenanya keragaman genetiknya lebih sedikit, hanya terdapat satu serotipe influenza B.Karena tidak terdapat keragaman antigenik, beberapa tingkat kekebalan terhadap influenza B biasanya diperoleh pada usia muda. Namun, mutasi yang terjadi pada virus influenza B cukup untuk membuat kekebalan permanen menjadi tidak mungkin.Perubahan antigen yang lambat, dikombinasikan dengan jumlah inang yang terbatas (tidak memungkinkan perpindahan antigen antarspesies), membuat pandemi influenza B tidak terjadi.

Virus influenza C

Genus ini memiliki satu spesies, virus influenza C, yang menginfeksi manusia, anjing, dan babi, kadangkala menimbulkan penyakit yang berat dan epidemi lokal. Namun, influenza C lebih jarang terjadi dibandingkan dengan jenis lain dan biasanya hanya menimbulkan penyakit ringan pada anak-anak.
Epidemiologi
Influenza merupakan penyakit yang dapat menjalar dengan cepat di lingkungan masyarakat. Walaupun ringan penyakit ini tetap berbahaya untuk mereka yang berusia sangat muda dan orang dewasa dengan fungsi kardiopulmoner yang terbatas. Jugas pasien yang berusia lanjut dengan penyakit ginjal kronik atau gangguan  metabolic endokrin dapat meninggal akibat penyakit yang dikenal sebagai tidak berbahaya ini. Salah satu komplikasi yang serius ada pneumonia bacterial. Serangan penyakit ini tercatat paling tinggi pada musim dingin di Negara beriklim dingin dan pada waktu musim hujan di Negara tropic.
Pada saat ini sudah diketahui bahwa pada umumnya dunia dilanda pandemic oleh influenza 2-3 tahun sekali. Jumlah kematian pada pandemic ini dapat mencapai puluhan ribu orang dan jauh lebih tinggi daripada angka-angka pada keadaan non epidemic.
Reservoir penyakit influenza adalah manusia sendiri. DIduga bahwa reservoir hewan seperti babi, kuda dan burung memegang peran penting sebagai penyebab terjadinya strain virus influenza yang baru, karena terjadinya rekombinasi gen dengan strain-strain virus lain yang berasal dari manusia. Bebek pada saat ini sudah dipastikan dapat dihinggapi oleh semua serotype utama virus influenza tipe A yang total berjumlah30 buah serotype. Penyebaran ini adalah melalui media tetesan air ( droplet ) pada waktu batuk dan melalui partikel yang berasal dari secret hidung atau tenggorok yang melayang di udara ( airborne ) terutama di ruangan-ruangan yang tertutup dan sesak dipenuhi manusia. influenza ditularkan melalui udara lewat batuk atau bersin, yang akan menimbulkan aerosol yang mengandung virus. Influenza juga dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan tinja burung atau ingus, atau melalui kontak dengan permukaan yang telah terkontaminasi


Etiologi
            Pada saat ini dikenal 3 tipe virus influenza yakni A, B, dan C. ketiga tipe ini dapat dibedakan dengan complement fixation test. Tipe A merupakan virus penyebab influenza yang bersifat epidemic. Tipe B biasanya hanya menyebabkan penyakit yang lebih ringan daripada tipe A dan kadang-kadang saja sampai mengakibatkan epidemic. Tipe C adalah tipe yang diragukan patogenitasnya untuk manusia, mungkin hanya menyebabkan gangguan ringan saja. Virus penyebab influenza merupakan suatu orthomyxovirus golongan RNA dan berdasarkan namanya sudah jelas bahwa virus ini mempunyai afinitas untuk myxo atau musin.
Struktur antigenic virus influenza meliputi antara lain 3 bagian utama berupa : antigen S ( atau soluble antigen ) , hemaglutinin dan neuramidase. Antigen S yang merupakan suatu inti partikel virus yang terdiri atas ribonukleoprotein. Antigen ini spesifik untuk masing-masing tipe. Hemaglutinin menonjol keluar dari selubung virus dan memegang peran pada imunitas terhadap virus. Neuramidase juga menonjol keluar dari selubung  virus dan hanya memegang peran yang minim pada imunitas. Selubung inti virus berlapis matriks protein sebelah dalam dan membrane lemak di sebelah luarnya.
Patogenesis
                        Transmisi virus influenza lewat partikel udara dan lokalisasinya pada traktus respiratorius. Penularan bergantung pada ukuran partikel (droplet) yang membawa virus tersebut masuk ke dalam saluran napas. Pada dosis infeksius, 10 virus/droplet, maka 50% orang-orang yang terserang dosis ini akan menderita influenza. Virus akan melekat pada epitel sel di hidung dan bronkus.  Setelah virus berhasil menerobos masuk kedalam sel, dalam beberapa jam sudah mengalami replikasi. Partikel-partikel virus baru ini kemudian akan menggabungkan diri dekat permukaan sel, dan langsung dapat meninggalkan sel untuk pindah ke sel lain. Virus influenza dapat mengakibatkan demam tetapi tidak sehebat efek pirogen lipopoli-sakarida kuman Gram-negatif (-). Masa inkubasi dari penyakit ini yakni satu hingga empat hari (rata-rata dua hari).  Pada orang dewasa, sudah mulai terinfeksi sejak satu hari sebelum timbulnya gejala influenza hingga lima hari setelah mulainya penyakit ini.  Anak-anak dapat menyebarkan virus ini sampai lebih dari sepuluh hari dan anak-anak yang lebih kecil dapat menyebarkan virus influenza kira-kira enam hari sebelum tampak gejala pertama penyakit ini.  Para penderita imunocompromise dapat menebarkan virus ini hingga berminggu-minggu dan bahkan berbulan-bulan.
            Pada avian influenza (AI) juga terjadi penularan melalui droplet, dimana virus dapat tertanam pada membran mukosa yang melapisi saluran napas atau langsung memasuki alveoli (tergantung dari ukuran droplet). Virus selanjutnya akan melekat pada epitel permukaan saluran napas untuk kemudian bereplikasi di dalam sel tersebut. Replikasi  virus terjadi selama 4-6 jam sehingga dalam waktu 10 jam singkat virus dapat menyebar ke sel-sel di dekatnya. Masa inkubasi virus 18 jam sampai 4 hari, lokasi utama dari infeksi yaitu pada sel-sel kolumnar yang bersilia. Sel-sel yang terinfeksi akan membengkak dan intinya mengkerut dan kemudian mengalami piknosis. Bersamaan dengan terjadinya disintegrasi dan hilangnya silia selanjutnya akan terbentuk badan inklusi.

Diagnosis
Diagnosis pasti penyakit influenza dapat diperoleh melalui isolasi virus maupun melalui pemeriksaan serologis. Untuk mengisolasi virus diperlukan usap tenggorok atau usap hidung dan harus diperoleh sedini mungkin biasanya pada hari-hari pertama sakit. Diagnosis serologis dapat diperoleh melalui uji fiksasi komplemen atau inhibisi hemaglutinasi. Akan dapat ditunjukkan kenaikan titer sebanyak 4 kali antara serum pertama dengan serum konvalesen atau satu titer tunggal yang tinggi. Pada saat ini antiinfluenza igM juga digunakan di beberapa tempat. Diagnosis cepat lainnya dapat juga diperoleh dengan pemeriksaan antibody fluoresen yang khusus tersedia untuk tipe virus influenza A. PCR dan RT-PCR sangat berguna untuk diagnosa cepat virus lainnya yang dapat pula menyerang saluran nafas antara lain adeno-virus, parainfluenza virus, rinovirus, respiratory syncytial virus, cytomegalovirus dan enterovirus. Keterlibatan berbagai jenis virus ini dapat ditunjukkan dengan pemeriksaan serologis atau dengan isolasi langsung.

Penatalaksanaan
Medikamentosa Pasien dapat diobati secara simtomatik. Obat oseltamivir 2x75 mg sehari selama 5 hari akan memperpendek masa sakit dan mengurangi keperluan tambah antimikroba untuk infeksi bakteri sekunder. Zanavimir dapat diberikan local secara inhalasi, makin cepat obat diberikan makin baik. Untuk kasus dengan komplikasi yang sebelumnya mungkin menderita bronchitis kronik, gangguan jantung atau penyakit ginjal dapat diberikan antibiotic. Penderita dengan bronkopnumonia sekunder memerlukan oksigen. Pneumonia stafilokokus sekunder harus diberantas dengan antibiotika yang tahan beta-laktamase dan kortikosteroid dalam dosis tinggi.
Non-medikamentosa yaitu dengan pemberian makanan dan minuman yang bergizi. Bila perlu, konsumsi supplemen vitamin untuk memenuhi kebutuhan tubuh, serta istirahat yang cukup. Minum cairan yang cukup seperti air putih, sari buah, atau minuman hangat lainnya dapat membantu mempermudah pengeluaran lendir di saluran nafas.

Pencegahan
Infeksi dengan virus influenza akan memberikan kekebalan terhadap reinfeksi dengan virus yang homolog. Karena sering terjadi perubahan akibat mutasi gen, antigen pada virus influenza akan berubah, sehingga seorang masih mungkin diserang berulang kali dengan galur (strain) virus influenza yang telah mengalami perubahan ini. Kekekabalan yang diperoleh melalui vaksinasi terdapat pada sekitar 70%. Vaksin influenza mengandung virus subtype A dan B saja karena subtype C tidak berbahaya. Diberikan 0,5 ml subkutan atau intramuskuler. Vaksin ini dapat mencegah terjadinya mixing dengan virus sangat pathogen H5N1 yang dikenal sebagai penyakit avian influenza atau flu burung. Nasal spray flu vaccine ( live attenunatted influenza vaccine ) dapat juga digunakan untuk pencegahan flu pada usia 5-50tahun dan tidak sedang hamil. Vaksinasi perlu diberikan 3 sampai 4 minggu sebelum terserang influenza. Karena terjadi perubahan-perubahan pada virus maka pada permulaan wabah influenza biasanya hanya tersedia vaksin dalam jumlah terbatas dam vaksinasi dianjurkan hanya untuk beberapa golongan masyarakat tertentu sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi dengan kemungkinan komplikasi yang fatal. Infeksi virus influenza sebelumnya akan memberikan kekebalan terhadap reinfeksi dengan virus yang homolog. Karena sering terjadi perubahan akibat mutasi gen, maka anti gen pada virus influenza akan berubah, sehingga seorang masih mungkin diserang berulang kali dengan strain-strain virus influenza yang telah mengalami perubahan ini. Kekebalan yang didapat melalui vaksinasi terdapat pada sekitar 70%. Vaksinasi diberikan 3 atau 4 minggu sebelum terserang influenza. Golongan yang memerlukan vaksin antara lain penderita dengan penyakit kardiorespiretorik  yang kronik, penderita dengan gangguan metabolik endokrin, dan pada penderita usia lanjut. Pencegahan dengan kemoprofilaksis untuk mereka yang tidak dapat diberikan vaksinasi karena menderita alergi terhadap protein dalam telur dapat diusahakan dengan pemberian amantadin HCl 100 mg 2 kali sehari. Meluasnya penyebaran penyakit ini dalam masyarakat dapat dicegah dengan meningkatkan tingkah laku higienik perorangan.

Referensi : 
Buku ajar , Ilmu Penyakit Dalam FKUI Jilid III Edisi IV

SINUSITIS


Definisi
 
Sinusitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada sinus. Sinus sendiri adalah rongga udara yang terdapat di area wajah yang terhubung dengan hidung. Fungsi dari rongga sinus adalah untuk menjaga kelembapan hidung & menjaga pertukaran udara di daerah hidung.
Peradangan mukosa sinus dapat berupa sinusitis maksilaris, sinusitis etmoid, sinusitis frontal, dan sinusitis sfenoid. Bila yang terkena lebih dari satu sinus disebut multisinusitis, dan bila semua sinus terkena disebut pansinusitis.
Ada delapan sinus paranasal, empat buah pada masing-masing sisi hidung yaitu:
      a.  Sinus Frontal, terletak di atas mata dibagian tengah dari masing-masing alis.
      b.   Sinus Maxillary, terletak diantara tulang pipi, tepat disamping hidung.
      c.    Sinus Ethmoid, terletak diantara mata, tepat di belakang tulang hidung.
      d.   Sinus Sphenoid, terletak dibelakang sinus ethmoid dan dibelakang mata.

Semua sinus ini dilapisi oleh mukosa yang merupakan lanjutan mukosa hidung, berisi udara dan semua bermuara di rongga hidung melalui ostium masing-masing.
Fungsi sinus paranasal adalah :
     Membentuk pertumbuhan wajah karena di dalam sinus terdapat rongga udara sehingga bisa untuk perluasan. Jika tidak terdapat sinus maka pertumbuhan tulang akan terdesak.
     Sebagai pengatur udara (air conditioning).
     Peringan cranium.
     Resonansi suara.
     Membantu produksi mukus.

Epidemiologi

Data dari DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus berada pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit.Penelitian Darmawan dkk tahun 2005, jumlah penderita rinosinusitis pada anak di RSCM Jakarta tahun 1998-2004 adalah 163 orang, terdiri dari 90 lelaki(55,2%) dan 73 perempuan (44,8%). Kelompok umur terbanyak yaitu >6 tahun 113 orang (69,3%) dan manifestasi klinis terbanyak adalah batuk 152 orang (93,3%).Asma ditemukan pada 84 orang (51,5%) dan rinitis alergi 44 orang (27%).
Di bagian THT RS dr. Wahidin Sudirohusodo, Makasar dilaporkan tindakan bedah sinus endoskopi fungsional pada periode Januari 2005-Juli 2006 yaitu 21 kasus atas indikasi rinosinusitis, 33 kasus pada polip hidung disertai rinosinusitis dan 30 kasus atas indikasi rinosinusitis dan septum deviasi.
Sedangkan di klinik THT-KL RSUP Dr. Kariadi Semarang, Jumlah kunjungan
pasien rinosinusitis kronik pada tahun 2006, dicatat sebanyak 1.152 kasus, dimana
816 kasus (71%) merupakan kasus lama yang mengalami kekambuhan.

Etiologi

Sinusitis bisa bersifat akut (berlangsung selama 3 minggu atau kurang)
maupun kronis (berlangsung selama 3-8 minggu tetapi dapat berlanjut sampai
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun).
Penyebab sinusitis akut:

o Infeksi virus
- Sinusitis akut bisa terjadi setelah suatu infeksi virus pada saluran pernafasan
bagian atas (misalnya pilek).

o Bakteri
- Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan
normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase
dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang
sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan menyusup ke dalam
sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.

o Infeksi jamur
- Kadang infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut. Aspergillus merupakan
jamur yang bisa menyebabkan sinusitis pada penderita gangguan sistem kekebalan. Pada orang-orang tertentu, sinusitis jamur merupakan sejenis reaksi
alergi terhadap jamur.

o Peradangan menahun pada saluran hidung.
- Pada penderita rinitis alergika bisa terjadi sinusitis akut. Demikian pula halnya
pada penderita rinitis vasomotor.

o Penyakit tertentu.
- Sinusitis akut lebih sering terjadi pada penderita gangguan sistem kekebalan dan
penderita kelainan sekresi lendir (misalnya fibrosis kistik).

Penyebab sinusitis kronis:
o Asma
o Penyakit alergi (misalnya rinitis alergika)
o Gangguan sistem kekebalan atau kelainan sekresi maupun pembuangan lendir.

Penatalaksanaan

     1)        Penatalaksanaan Medis
   a. Drainage
1.      Dengan pemberian obat, yaitu dekongestan local seperti efedrin 1%(dewasa)      ½%(anak) dan dekongestan oral sedo efedrin 3 X 60 mg.
2.      Surgikal dengan irigasi sinus maksilaris.
   b.    Pemberian antibiotik dalam 5-7 hari (untuk Sinusitis akut) yaitu:
1.    Ampisilin 4 X 500 mg
2.    Amoksilin 3 x 500 mg
3.    Sulfametaksol=TMP (800/60) 2 x 1tablet
4.    Diksisiklin 100 mg/hari.
   c.    Pemberian obat simtomatik. Contohnya parasetamol., metampiron 3 x 500 mg.
   d.   Untuk Sinusitis kronis, bisa dengan:
1.      Cabut geraham atas bila penyebab dentogen
2.      Irigasi 1 x setiap minggu (10-20)
3.      Operasi Cadwell Luc bila degenerasi mukosa ireversibel (biopsi).
       2)        Penatalaksanaan Pembedahan
   a.       Radikal
1.      Sinus maksila dengan operasi Cadhwell-luc.
2.      Sinus ethmoid dengan ethmoidektomi.
3.      Sinus frontal dan sfenoid dengan operasi Killian.
   b.      Non Radikal
Bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF). Prinsipnya dengan membuka dan membersihkan daerah kompleks ostiomeatal.

Pencegahan 

Kekambuhan dapat dicegah sehingga pasien tidak perlu mengalami perburukan gejala sinusitis kronik.Usaha pencegahan seperti irigasi nasal dengan menggunakan salin, manajemen pada penyakit yang mengikuti, menaikkan tingkat kebersihan untuk menjaga higienisitas sehingga mencegah infeksi sekunder.

 Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan kelancaran klirens dari mukosiliar didalam komplek osteo meatal (KOM). Disamping itu mukus juga mengandung substansi antimikrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.
Bila terinfeksi organ yang membentuk KOM mengalami oedem, sehingga mukosa yang berhadapan akan saling bertemu. Hal ini menyebabkan silia tidak dapat bergerak dan juga menyebabkan tersumbatnya ostium. Hal ini menimbulkan tekanan negatif didalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi atau penghambatan drainase sinus. Efek awal yang ditimbulkan adalah keluarnya cairan serous yang dianggap sebagai sinusitis non bakterial yang dapat sembuh tanpa pengobatan.
Bila tidak sembuh maka sekret yang tertumpuk dalam sinus ini akan menjadi media yang paten untuk tumbuh dan multiplikasi bakteri, dan sekret akan berubah menjadi purulen yang disebut sinusitis akut bakterialis yang membutuhkan terapi antibiotik. Jika terapi inadekuat maka keadaan ini bisa berlanjut, akan terjadi hipoksia dan bakteri anaerob akan semakin berkembang. Keadaan ini menyebabkan perubahan kronik dari mukosa yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista.

Alur diagnosis

Pemeriksaan:
a. Inspeksi
Yang diperhatikan adalah pembengkakan di kelopak mata atas mungkin menunjukkan sinusitis frontal akut.
b. Palpasi
Pada sinusitis frontalis terdapat nyeri tekan pada dasar sinus frontal, yaitu pada bagian medial atap orbita.
c. Perkusi
Dengan perkusi pada lokasi sinus frontalis yang terinfeksi akan memberikan rasa nyeri yang hebat 8.
d. Transluminasi (Diaphanoscopia)
Transluminasi pada daerah atap dari orbita jika memberikan gambaran yang terang menunjukkan sinus frontalis berkembang dengan baik dan normal, namun jika gambarannya gelap menunjukkan sinus tidak berkembang atau adanya pus, mukosa yang menebal ataupun terdapatnya neoplasma.
e. Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang dapat membantu menegakkan diagnosa sinusitis frontalis adalah sebagai berikut.

1. Posisi Caldwell
Posisi ini didapt dengan meletakkan hidung dan dahi diatas meja sedemikian rupa sehingga garis orbito-meatal (yang menghubungkan kantus lateralis mata dengan batas superior kanalis auditorius eksterna) tegak lurus terhadap film. Sudut sinar rontgen adalah 15 derajat
karniokaudal dengan titik keluarnya nasion.

2. Posisi Waters
Posisi ini yang paling sering digunakan. Maksud dari posisi ini adalah untuk memproyeksikan tulang petrosus supaya terletak dibawah antrum maksila. Hal ini didapatkan dengan menengadahkan kepala pasien sedemikian rupa sehingga dagu menyentuh permukaan meja. Bidang yang melalui kantus medial mata dan tragus membentuk sudut lebih kurang 37 derajat dengan film.proyeksi waters dengan mulut terbuka memberikan pandangan terhadap semua sinus paranasal.

3. Posisi lateral
Kaset dan film diletakkan paralel terhadap bidang sagital utama tengkorak.

f. CT-SCAN
 Lebih akurat untuk melihat kelainan sinus, namun harganya lebih mahal.

Referensi:

Soetjipto D, Mangunkusumo E. Sinus Paranasal. Dalam: Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi ke lima. Editor:

Soepardi EA, Iskandar N. Jakarta: Gaya baru; 2001. 115-124

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI

Mangunkusumo E, Soetjipto D. Sinus Paranasal dan Sinusitis, Dalam:

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala&Leher.

Edisi Keenam. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2009.

Jumat, 25 April 2014

my life

ini emang baru jas lab, tapi suatu saat nanti ini bakal gue ganti dengan snelli








second home

ASRAMA PUTRI KEDOKTERAN Universitas Muhammadiyah Jakarta, Cempaka Putih.
sedikit mau share tentang asrama gue sama temen temen sekamar gue ehehe
yang gue mau share juga sebenernya bukan kamar asli gue, tapi gue tidur belajar ngegosip curhatnya ya di kamar ini selain sekamar suka pink anak anaknya juga yaaaa lumayan asik.

Ruang Tengah

belajar bareng anak kamar

kamar
(sebelum renovasi)


(sesudah renovasi)



taraaaaaa!!!!!
ini temen temen sekamar gue ada vita rani hestin syifa tari sally, yang 4 orang anak SnS yaaa mereka sekamar jugaaaa ehehe




INFLUENZA


Definisi
Influenza merupakan suatu penyakit infeksi akut saluran pernapasan terutama ditandai oleh demam , menggigil, sakit otot, sakit kepala dan sering disertai pilek, sakit tenggorok dan batuk yang non produktif. Lama sakit berlangsung antara 2-7 hari dan biasanya sembuh sendiri.

Jenis-Jenis virus influenza
  • Influenzavirus A
  • Influenzavirus B
  • Influenzavirus C

Virus influenza A

Genus ini memiliki satu spesies, virus influenza A. Unggas akuatik liar merupakan inang alamiah untuk sejumlah besar varietas influenza A. Kadangkala, virus dapat ditularkan pada spesies lain dan dapat menimbulkan wabah yang berdampak besar pada peternakan unggas domestik atau menimbulkan suatu pandemi influenza manusia.
Virus tipe A merupakan patogen manusia paling virulen di antara ketiga tipe influenza dan menimbulkan penyakit yang paling berat. Virus influenza A dapat dibagi lagi menjadi subdivisi berupa serotipe-serotipe yang berbeda berdasarkan tanggapan antibodi terhadap virus ini.[22] Serotipe yang telah dikonfirmasi pada manusia, diurutkan berdasarkan jumlah kematian pandemi pada manusia, adalah:
·         Flu Babi  Pengertian Flu babi (Swine Influenza) adalah penyakit influenza yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae yang endemik pada populasi babi. Babi dapat menampung virus flu yang berasal dari manusia maupun burung, memungkinkan virus tersebut bertukar gen dan menciptakan galur pandemik. Struktur virus Flu Babi

 Penyebaran virus flu babi Rute utama penularan adalah melalui kontak langsung antara hewan yang terinfeksi dan tidak terinfeksi Ini kontak dekat sangat umum selama transportasi hewan. Pentransferan virus antara babi yang satu dengan yang lainnya mungkin terjadi baik oleh babi, menyentuh hidung, atau melalui lendir kering. Virus ini biasanya menyebar dengan cepat melalui kawanan, menginfeksi semua babi hanya dalam beberapa hari 

·         Cara Memastikan Infeksi Flu Babi Pada Babi Virus flu babi umumnya ketika menginfeksi babi memperlihatkan gejala seperti demam, batuk(menggonggong), keluar dari hidung atau mata, bersin, kesulitan bernapas, mata merah dan berair dan penolakan untuk makan.Beberapa babi mungkin terinfeksi tapi tidak memperlihatkan tanda-tanda suspect, selain itu virus ini di temukan jarang membunuh babi dan kebanyakan wabah terjadi selama musim gugur dan musim dingin akhir seperti infeksi flu musiman pada manusia 

·        Tanda dan Gejala Menurut Pusat Pengawasan dan Menurut Pusat Pengawasan dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat, gejala Serikat, gejala Pencegahan Penyakit di Amerika influenza ini mirip dengan mirip dengan influenza. influenza ini influenza. Gejalanya seperti demam, batuk, sakit pada Gejalanya seperti demam, batuk, sakit pada kerongkongan, sakit pada tubuh, kepala,tubuh, kepala, panas kerongkongan, sakit pada panas dingin, dan lemah lesu. Beberapa penderita dingin, dan lemah lesu. Beberapa penderita juga melaporkan buang air besar dan muntah- dan muntahjuga melaporkan buang air besar muntah. muntah. 

·        Cara Pencegahan Penyebaran virus flu babi dapat dicegah dengn cara hidup sehat. Misalnya : Mencuci tangan setelah kontak dengan binatang , Mencuci tangan dengan sabun sehabis bepergian atau keluar rumah, Memasak dengan kondisi panas lebih dari 600C, Menggunakan masker untuk menutupi mulut dan hidung jika Anda flu, atau berada di hewan yang flu, Sistem ventilasi yang tepat di rumah maupun kandang binatang , Melakukan penyemprotan kandang dengan disinfektan 

·        Cara Penanganan Jika ada orang di sekitar kita mengalami gejala seperti disebutkan tadi, sebaiknya segera dibawa ke dokter. Karena belum ada vaksin untuk penyakit yang satu ini, biasanya dokter akan memberikan infuse untuk mengganti asupan makanan. Selain itu diberi obat seperti Amantadine, Rimantadine, dan Oseltamivir. Untuk mencegah penularan virus ini, penderita akan ditempatkan di ruang khusus. 

·         Penyakit Flu Burung 

·         Flu Burung Pengertian Flu burung (avian influenza) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus awalnya hanya menyerang burung, unggas dan kandang sapi-babi, kemudian oleh proses mutasi genetik juga menyerang manusia. Flu burung disebabkan oleh virus Influenza A subtipe H5N1. Bentuk virus Flu Burung 

·        Proses penularan kepada manusia Unggas yang terinfeksi, mengeluarkan lendir dari mulut atau hidung atau kotorannya. Unggas-unggas yang lain rentan terkena kontaminasi karena pada umumnya ungags hidup berkelompok, sehingga sangat mudah untuk menularkan dari satu ke yang lain. Penularan dari unggas ke manusia terjadi lewat kontak air liur dan kotoran unggas. Kontak itu terjadi lewat sentuhan langsung atau juga melalui kendaraan yang mengangkut hewan-hewan itu. Juga termasuk kandang, alat-alat peternakan, pakan ternak, pakaian, sepatu para peternak. Unggas yang sudah dimasak tidak akan menularkan flu burung ke manusia sebab virus itu akan mati dengan pemanasan 80° lebih dari satu menit. 

·        Ciri-Ciri Manusia yang Terkena Flu Burung Demam tinggi (lebih dari 38 derajat Celsius) Sakit kepala, Batuk-pilek, Sakit tenggorokan, Nyeri otot, Lemas, Tidak nafsu makan, Muntah, Nyeri perut, Nyeri sendi, Infeksi selaput mata (conjunctivitis) 

·         Ciri-Ciri Unggas yang Terkena Flu Burung Mata menjadi putih (pada unggas / itik) Nafsu makan berkurang Lemas, kejang, jengger yang bengkak dan biru Leher terputar Bintik-bintik perdarahan di kaki Keluar cairan jernih sampai kental di mata, hidung dan mulut ,Mencret yang berlebihan , Gangguan pernafasan ,Kematian. 

·        Cara Pencegahan Flu Burung  Hindari berkunjung ke tempat peternakan/pemotongan/penjualan unggas. Hindari memelihara burung/unggas dekat rumah tinggal Sering mencuci tangan dengan sabun atau antiseptic Masak daging/telur unggas sampai suhu mencapai 80 derajat Celsius, minimal 1 menit. Jalankan pola hidup sehat supaya daya tahan tubuh kuat Vaksinasi Jangan menyentuh secara langsung unggas yang sudah mati, kotoran maupun jeroannya. Apabila muncul gejala-gejala yang menyerupai gejala terjangkitnya virus flu burung, harap langung dibawa ke rumah sakit terdekat dan terpercaya untuk dilakukan pemeriksaan dan pengobatan. 

·        Cara Pengobatan Flu Burung  Obat untuk menghilangkan gejala/simptomatis yaitu menurunkan demam, nyeri, batuk, pilek  Obat antivirus yaitu Oseltamivir (Tamiflu) adalah sebuah obat antiviral, sebuah inhibitor neuraminidase yang digunakan dalam penanganan influensa A dan B, dan banyak dikenal sebagai obat yang dianjurkan untuk menangani flu burung. Oseltamivir dikembangkan oleh Gilead Sciences dan saat ini dijual oleh Roche dengan merek dagang Tamiflu.Zanamivir.

Virus influenza B

Genus ini memiliki satu spesies, yaitu virus influenza B. influenza B hampir secara eksklusif hanya menyerang manusia dan lebih jarang dibandingkan dengan influenza A. Hewan lain yang diketahui dapat terinfeksi oleh infeksi influenza B adalah anjing laut dan musang. Jenis influenza ini mengalami mutasi 2-3 kali lebih lambat dibandingkan tipe Adan oleh karenanya keragaman genetiknya lebih sedikit, hanya terdapat satu serotipe influenza B.Karena tidak terdapat keragaman antigenik, beberapa tingkat kekebalan terhadap influenza B biasanya diperoleh pada usia muda. Namun, mutasi yang terjadi pada virus influenza B cukup untuk membuat kekebalan permanen menjadi tidak mungkin.Perubahan antigen yang lambat, dikombinasikan dengan jumlah inang yang terbatas (tidak memungkinkan perpindahan antigen antarspesies), membuat pandemi influenza B tidak terjadi.

Virus influenza C

Genus ini memiliki satu spesies, virus influenza C, yang menginfeksi manusia, anjing, dan babi, kadangkala menimbulkan penyakit yang berat dan epidemi lokal. Namun, influenza C lebih jarang terjadi dibandingkan dengan jenis lain dan biasanya hanya menimbulkan penyakit ringan pada anak-anak.
Epidemiologi
Influenza merupakan penyakit yang dapat menjalar dengan cepat di lingkungan masyarakat. Walaupun ringan penyakit ini tetap berbahaya untuk mereka yang berusia sangat muda dan orang dewasa dengan fungsi kardiopulmoner yang terbatas. Jugas pasien yang berusia lanjut dengan penyakit ginjal kronik atau gangguan  metabolic endokrin dapat meninggal akibat penyakit yang dikenal sebagai tidak berbahaya ini. Salah satu komplikasi yang serius ada pneumonia bacterial. Serangan penyakit ini tercatat paling tinggi pada musim dingin di Negara beriklim dingin dan pada waktu musim hujan di Negara tropic.
Pada saat ini sudah diketahui bahwa pada umumnya dunia dilanda pandemic oleh influenza 2-3 tahun sekali. Jumlah kematian pada pandemic ini dapat mencapai puluhan ribu orang dan jauh lebih tinggi daripada angka-angka pada keadaan non epidemic.
Reservoir penyakit influenza adalah manusia sendiri. DIduga bahwa reservoir hewan seperti babi, kuda dan burung memegang peran penting sebagai penyebab terjadinya strain virus influenza yang baru, karena terjadinya rekombinasi gen dengan strain-strain virus lain yang berasal dari manusia. Bebek pada saat ini sudah dipastikan dapat dihinggapi oleh semua serotype utama virus influenza tipe A yang total berjumlah30 buah serotype. Penyebaran ini adalah melalui media tetesan air ( droplet ) pada waktu batuk dan melalui partikel yang berasal dari secret hidung atau tenggorok yang melayang di udara ( airborne ) terutama di ruangan-ruangan yang tertutup dan sesak dipenuhi manusia. influenza ditularkan melalui udara lewat batuk atau bersin, yang akan menimbulkan aerosol yang mengandung virus. Influenza juga dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan tinja burung atau ingus, atau melalui kontak dengan permukaan yang telah terkontaminasi


Etiologi
            Pada saat ini dikenal 3 tipe virus influenza yakni A, B, dan C. ketiga tipe ini dapat dibedakan dengan complement fixation test. Tipe A merupakan virus penyebab influenza yang bersifat epidemic. Tipe B biasanya hanya menyebabkan penyakit yang lebih ringan daripada tipe A dan kadang-kadang saja sampai mengakibatkan epidemic. Tipe C adalah tipe yang diragukan patogenitasnya untuk manusia, mungkin hanya menyebabkan gangguan ringan saja. Virus penyebab influenza merupakan suatu orthomyxovirus golongan RNA dan berdasarkan namanya sudah jelas bahwa virus ini mempunyai afinitas untuk myxo atau musin.
Struktur antigenic virus influenza meliputi antara lain 3 bagian utama berupa : antigen S ( atau soluble antigen ) , hemaglutinin dan neuramidase. Antigen S yang merupakan suatu inti partikel virus yang terdiri atas ribonukleoprotein. Antigen ini spesifik untuk masing-masing tipe. Hemaglutinin menonjol keluar dari selubung virus dan memegang peran pada imunitas terhadap virus. Neuramidase juga menonjol keluar dari selubung  virus dan hanya memegang peran yang minim pada imunitas. Selubung inti virus berlapis matriks protein sebelah dalam dan membrane lemak di sebelah luarnya.
Patogenesis
                        Transmisi virus influenza lewat partikel udara dan lokalisasinya pada traktus respiratorius. Penularan bergantung pada ukuran partikel (droplet) yang membawa virus tersebut masuk ke dalam saluran napas. Pada dosis infeksius, 10 virus/droplet, maka 50% orang-orang yang terserang dosis ini akan menderita influenza. Virus akan melekat pada epitel sel di hidung dan bronkus.  Setelah virus berhasil menerobos masuk kedalam sel, dalam beberapa jam sudah mengalami replikasi. Partikel-partikel virus baru ini kemudian akan menggabungkan diri dekat permukaan sel, dan langsung dapat meninggalkan sel untuk pindah ke sel lain. Virus influenza dapat mengakibatkan demam tetapi tidak sehebat efek pirogen lipopoli-sakarida kuman Gram-negatif (-). Masa inkubasi dari penyakit ini yakni satu hingga empat hari (rata-rata dua hari).  Pada orang dewasa, sudah mulai terinfeksi sejak satu hari sebelum timbulnya gejala influenza hingga lima hari setelah mulainya penyakit ini.  Anak-anak dapat menyebarkan virus ini sampai lebih dari sepuluh hari dan anak-anak yang lebih kecil dapat menyebarkan virus influenza kira-kira enam hari sebelum tampak gejala pertama penyakit ini.  Para penderita imunocompromise dapat menebarkan virus ini hingga berminggu-minggu dan bahkan berbulan-bulan.
            Pada avian influenza (AI) juga terjadi penularan melalui droplet, dimana virus dapat tertanam pada membran mukosa yang melapisi saluran napas atau langsung memasuki alveoli (tergantung dari ukuran droplet). Virus selanjutnya akan melekat pada epitel permukaan saluran napas untuk kemudian bereplikasi di dalam sel tersebut. Replikasi  virus terjadi selama 4-6 jam sehingga dalam waktu 10 jam singkat virus dapat menyebar ke sel-sel di dekatnya. Masa inkubasi virus 18 jam sampai 4 hari, lokasi utama dari infeksi yaitu pada sel-sel kolumnar yang bersilia. Sel-sel yang terinfeksi akan membengkak dan intinya mengkerut dan kemudian mengalami piknosis. Bersamaan dengan terjadinya disintegrasi dan hilangnya silia selanjutnya akan terbentuk badan inklusi.

Diagnosis
Diagnosis pasti penyakit influenza dapat diperoleh melalui isolasi virus maupun melalui pemeriksaan serologis. Untuk mengisolasi virus diperlukan usap tenggorok atau usap hidung dan harus diperoleh sedini mungkin biasanya pada hari-hari pertama sakit. Diagnosis serologis dapat diperoleh melalui uji fiksasi komplemen atau inhibisi hemaglutinasi. Akan dapat ditunjukkan kenaikan titer sebanyak 4 kali antara serum pertama dengan serum konvalesen atau satu titer tunggal yang tinggi. Pada saat ini antiinfluenza igM juga digunakan di beberapa tempat. Diagnosis cepat lainnya dapat juga diperoleh dengan pemeriksaan antibody fluoresen yang khusus tersedia untuk tipe virus influenza A. PCR dan RT-PCR sangat berguna untuk diagnosa cepat virus lainnya yang dapat pula menyerang saluran nafas antara lain adeno-virus, parainfluenza virus, rinovirus, respiratory syncytial virus, cytomegalovirus dan enterovirus. Keterlibatan berbagai jenis virus ini dapat ditunjukkan dengan pemeriksaan serologis atau dengan isolasi langsung.

Penatalaksanaan
Medikamentosa Pasien dapat diobati secara simtomatik. Obat oseltamivir 2x75 mg sehari selama 5 hari akan memperpendek masa sakit dan mengurangi keperluan tambah antimikroba untuk infeksi bakteri sekunder. Zanavimir dapat diberikan local secara inhalasi, makin cepat obat diberikan makin baik. Untuk kasus dengan komplikasi yang sebelumnya mungkin menderita bronchitis kronik, gangguan jantung atau penyakit ginjal dapat diberikan antibiotic. Penderita dengan bronkopnumonia sekunder memerlukan oksigen. Pneumonia stafilokokus sekunder harus diberantas dengan antibiotika yang tahan beta-laktamase dan kortikosteroid dalam dosis tinggi.
Non-medikamentosa yaitu dengan pemberian makanan dan minuman yang bergizi. Bila perlu, konsumsi supplemen vitamin untuk memenuhi kebutuhan tubuh, serta istirahat yang cukup. Minum cairan yang cukup seperti air putih, sari buah, atau minuman hangat lainnya dapat membantu mempermudah pengeluaran lendir di saluran nafas.

Pencegahan
Infeksi dengan virus influenza akan memberikan kekebalan terhadap reinfeksi dengan virus yang homolog. Karena sering terjadi perubahan akibat mutasi gen, antigen pada virus influenza akan berubah, sehingga seorang masih mungkin diserang berulang kali dengan galur (strain) virus influenza yang telah mengalami perubahan ini. Kekekabalan yang diperoleh melalui vaksinasi terdapat pada sekitar 70%. Vaksin influenza mengandung virus subtype A dan B saja karena subtype C tidak berbahaya. Diberikan 0,5 ml subkutan atau intramuskuler. Vaksin ini dapat mencegah terjadinya mixing dengan virus sangat pathogen H5N1 yang dikenal sebagai penyakit avian influenza atau flu burung. Nasal spray flu vaccine ( live attenunatted influenza vaccine ) dapat juga digunakan untuk pencegahan flu pada usia 5-50tahun dan tidak sedang hamil. Vaksinasi perlu diberikan 3 sampai 4 minggu sebelum terserang influenza. Karena terjadi perubahan-perubahan pada virus maka pada permulaan wabah influenza biasanya hanya tersedia vaksin dalam jumlah terbatas dam vaksinasi dianjurkan hanya untuk beberapa golongan masyarakat tertentu sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi dengan kemungkinan komplikasi yang fatal. Infeksi virus influenza sebelumnya akan memberikan kekebalan terhadap reinfeksi dengan virus yang homolog. Karena sering terjadi perubahan akibat mutasi gen, maka anti gen pada virus influenza akan berubah, sehingga seorang masih mungkin diserang berulang kali dengan strain-strain virus influenza yang telah mengalami perubahan ini. Kekebalan yang didapat melalui vaksinasi terdapat pada sekitar 70%. Vaksinasi diberikan 3 atau 4 minggu sebelum terserang influenza. Golongan yang memerlukan vaksin antara lain penderita dengan penyakit kardiorespiretorik  yang kronik, penderita dengan gangguan metabolik endokrin, dan pada penderita usia lanjut. Pencegahan dengan kemoprofilaksis untuk mereka yang tidak dapat diberikan vaksinasi karena menderita alergi terhadap protein dalam telur dapat diusahakan dengan pemberian amantadin HCl 100 mg 2 kali sehari. Meluasnya penyebaran penyakit ini dalam masyarakat dapat dicegah dengan meningkatkan tingkah laku higienik perorangan.

Referensi : 
Buku ajar , Ilmu Penyakit Dalam FKUI Jilid III Edisi IV

SINUSITIS


Definisi
 
Sinusitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada sinus. Sinus sendiri adalah rongga udara yang terdapat di area wajah yang terhubung dengan hidung. Fungsi dari rongga sinus adalah untuk menjaga kelembapan hidung & menjaga pertukaran udara di daerah hidung.
Peradangan mukosa sinus dapat berupa sinusitis maksilaris, sinusitis etmoid, sinusitis frontal, dan sinusitis sfenoid. Bila yang terkena lebih dari satu sinus disebut multisinusitis, dan bila semua sinus terkena disebut pansinusitis.
Ada delapan sinus paranasal, empat buah pada masing-masing sisi hidung yaitu:
      a.  Sinus Frontal, terletak di atas mata dibagian tengah dari masing-masing alis.
      b.   Sinus Maxillary, terletak diantara tulang pipi, tepat disamping hidung.
      c.    Sinus Ethmoid, terletak diantara mata, tepat di belakang tulang hidung.
      d.   Sinus Sphenoid, terletak dibelakang sinus ethmoid dan dibelakang mata.

Semua sinus ini dilapisi oleh mukosa yang merupakan lanjutan mukosa hidung, berisi udara dan semua bermuara di rongga hidung melalui ostium masing-masing.
Fungsi sinus paranasal adalah :
     Membentuk pertumbuhan wajah karena di dalam sinus terdapat rongga udara sehingga bisa untuk perluasan. Jika tidak terdapat sinus maka pertumbuhan tulang akan terdesak.
     Sebagai pengatur udara (air conditioning).
     Peringan cranium.
     Resonansi suara.
     Membantu produksi mukus.

Epidemiologi

Data dari DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus berada pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit.Penelitian Darmawan dkk tahun 2005, jumlah penderita rinosinusitis pada anak di RSCM Jakarta tahun 1998-2004 adalah 163 orang, terdiri dari 90 lelaki(55,2%) dan 73 perempuan (44,8%). Kelompok umur terbanyak yaitu >6 tahun 113 orang (69,3%) dan manifestasi klinis terbanyak adalah batuk 152 orang (93,3%).Asma ditemukan pada 84 orang (51,5%) dan rinitis alergi 44 orang (27%).
Di bagian THT RS dr. Wahidin Sudirohusodo, Makasar dilaporkan tindakan bedah sinus endoskopi fungsional pada periode Januari 2005-Juli 2006 yaitu 21 kasus atas indikasi rinosinusitis, 33 kasus pada polip hidung disertai rinosinusitis dan 30 kasus atas indikasi rinosinusitis dan septum deviasi.
Sedangkan di klinik THT-KL RSUP Dr. Kariadi Semarang, Jumlah kunjungan
pasien rinosinusitis kronik pada tahun 2006, dicatat sebanyak 1.152 kasus, dimana
816 kasus (71%) merupakan kasus lama yang mengalami kekambuhan.

Etiologi

Sinusitis bisa bersifat akut (berlangsung selama 3 minggu atau kurang)
maupun kronis (berlangsung selama 3-8 minggu tetapi dapat berlanjut sampai
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun).
Penyebab sinusitis akut:

o Infeksi virus
- Sinusitis akut bisa terjadi setelah suatu infeksi virus pada saluran pernafasan
bagian atas (misalnya pilek).

o Bakteri
- Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan
normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase
dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang
sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan menyusup ke dalam
sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.

o Infeksi jamur
- Kadang infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut. Aspergillus merupakan
jamur yang bisa menyebabkan sinusitis pada penderita gangguan sistem kekebalan. Pada orang-orang tertentu, sinusitis jamur merupakan sejenis reaksi
alergi terhadap jamur.

o Peradangan menahun pada saluran hidung.
- Pada penderita rinitis alergika bisa terjadi sinusitis akut. Demikian pula halnya
pada penderita rinitis vasomotor.

o Penyakit tertentu.
- Sinusitis akut lebih sering terjadi pada penderita gangguan sistem kekebalan dan
penderita kelainan sekresi lendir (misalnya fibrosis kistik).

Penyebab sinusitis kronis:
o Asma
o Penyakit alergi (misalnya rinitis alergika)
o Gangguan sistem kekebalan atau kelainan sekresi maupun pembuangan lendir.

Penatalaksanaan

     1)        Penatalaksanaan Medis
   a. Drainage
1.      Dengan pemberian obat, yaitu dekongestan local seperti efedrin 1%(dewasa)      ½%(anak) dan dekongestan oral sedo efedrin 3 X 60 mg.
2.      Surgikal dengan irigasi sinus maksilaris.
   b.    Pemberian antibiotik dalam 5-7 hari (untuk Sinusitis akut) yaitu:
1.    Ampisilin 4 X 500 mg
2.    Amoksilin 3 x 500 mg
3.    Sulfametaksol=TMP (800/60) 2 x 1tablet
4.    Diksisiklin 100 mg/hari.
   c.    Pemberian obat simtomatik. Contohnya parasetamol., metampiron 3 x 500 mg.
   d.   Untuk Sinusitis kronis, bisa dengan:
1.      Cabut geraham atas bila penyebab dentogen
2.      Irigasi 1 x setiap minggu (10-20)
3.      Operasi Cadwell Luc bila degenerasi mukosa ireversibel (biopsi).
       2)        Penatalaksanaan Pembedahan
   a.       Radikal
1.      Sinus maksila dengan operasi Cadhwell-luc.
2.      Sinus ethmoid dengan ethmoidektomi.
3.      Sinus frontal dan sfenoid dengan operasi Killian.
   b.      Non Radikal
Bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF). Prinsipnya dengan membuka dan membersihkan daerah kompleks ostiomeatal.

Pencegahan 

Kekambuhan dapat dicegah sehingga pasien tidak perlu mengalami perburukan gejala sinusitis kronik.Usaha pencegahan seperti irigasi nasal dengan menggunakan salin, manajemen pada penyakit yang mengikuti, menaikkan tingkat kebersihan untuk menjaga higienisitas sehingga mencegah infeksi sekunder.

 Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan kelancaran klirens dari mukosiliar didalam komplek osteo meatal (KOM). Disamping itu mukus juga mengandung substansi antimikrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.
Bila terinfeksi organ yang membentuk KOM mengalami oedem, sehingga mukosa yang berhadapan akan saling bertemu. Hal ini menyebabkan silia tidak dapat bergerak dan juga menyebabkan tersumbatnya ostium. Hal ini menimbulkan tekanan negatif didalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi atau penghambatan drainase sinus. Efek awal yang ditimbulkan adalah keluarnya cairan serous yang dianggap sebagai sinusitis non bakterial yang dapat sembuh tanpa pengobatan.
Bila tidak sembuh maka sekret yang tertumpuk dalam sinus ini akan menjadi media yang paten untuk tumbuh dan multiplikasi bakteri, dan sekret akan berubah menjadi purulen yang disebut sinusitis akut bakterialis yang membutuhkan terapi antibiotik. Jika terapi inadekuat maka keadaan ini bisa berlanjut, akan terjadi hipoksia dan bakteri anaerob akan semakin berkembang. Keadaan ini menyebabkan perubahan kronik dari mukosa yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista.

Alur diagnosis

Pemeriksaan:
a. Inspeksi
Yang diperhatikan adalah pembengkakan di kelopak mata atas mungkin menunjukkan sinusitis frontal akut.
b. Palpasi
Pada sinusitis frontalis terdapat nyeri tekan pada dasar sinus frontal, yaitu pada bagian medial atap orbita.
c. Perkusi
Dengan perkusi pada lokasi sinus frontalis yang terinfeksi akan memberikan rasa nyeri yang hebat 8.
d. Transluminasi (Diaphanoscopia)
Transluminasi pada daerah atap dari orbita jika memberikan gambaran yang terang menunjukkan sinus frontalis berkembang dengan baik dan normal, namun jika gambarannya gelap menunjukkan sinus tidak berkembang atau adanya pus, mukosa yang menebal ataupun terdapatnya neoplasma.
e. Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang dapat membantu menegakkan diagnosa sinusitis frontalis adalah sebagai berikut.

1. Posisi Caldwell
Posisi ini didapt dengan meletakkan hidung dan dahi diatas meja sedemikian rupa sehingga garis orbito-meatal (yang menghubungkan kantus lateralis mata dengan batas superior kanalis auditorius eksterna) tegak lurus terhadap film. Sudut sinar rontgen adalah 15 derajat
karniokaudal dengan titik keluarnya nasion.

2. Posisi Waters
Posisi ini yang paling sering digunakan. Maksud dari posisi ini adalah untuk memproyeksikan tulang petrosus supaya terletak dibawah antrum maksila. Hal ini didapatkan dengan menengadahkan kepala pasien sedemikian rupa sehingga dagu menyentuh permukaan meja. Bidang yang melalui kantus medial mata dan tragus membentuk sudut lebih kurang 37 derajat dengan film.proyeksi waters dengan mulut terbuka memberikan pandangan terhadap semua sinus paranasal.

3. Posisi lateral
Kaset dan film diletakkan paralel terhadap bidang sagital utama tengkorak.

f. CT-SCAN
 Lebih akurat untuk melihat kelainan sinus, namun harganya lebih mahal.

Referensi:

Soetjipto D, Mangunkusumo E. Sinus Paranasal. Dalam: Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi ke lima. Editor:

Soepardi EA, Iskandar N. Jakarta: Gaya baru; 2001. 115-124

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI

Mangunkusumo E, Soetjipto D. Sinus Paranasal dan Sinusitis, Dalam:

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala&Leher.

Edisi Keenam. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2009.