A.
DEFINISI
Bronkitis
merupakan proses keradangan pada bronkus dengan manifestasi utama berupa batuk,
yang dapat berlangsung secara akut maupun kronis. Proses ini dapat disebabkan
karena perluasan dari proses penyakit yang terjadi dari saluran napas maupun
bawah.Berdasarkan waktu berlangsungnya penyakit, bronkitis akut berlangsung
kurang dari 6 minggu dengan rata-rata 10-14 hari, sedangkan bronkitis kronis
berlangsung lebih dari 6 minggu.
Secara
umum keluhan pada bronkitis kronis dan bronkitis akut hampirsama, hanya saja
keluhan pada bronkitis kronis cenderung lebih berat dan lebih lama. Hal ini
dikarenakan pada bronkitis kronis terjadi hipertrofi otot-otot polos dan
kelenjar serta berbagai perubahan pada saluran pernapasan. Secara klinis,
bronkitis kronis merupakanpenyakit saluran pernapasan yang ditandai dengan
batuk berdahak sedikitnya 3 bulandalam setahun selama 2 tahun berturut-turut.
B.
EPIDEMIOLOGI
Di
Indonesia, belum ada angka morbiditas bronkitis kronis, kecuali di rumah sakit
sentra pendidikan. Sebagai perbandingan, di Amerika Serikat ( National
Center for HealthStatistics ) diperkirakan sekitar 4% dari populasinya
didiagnosa bronkitis kronis. Angka ini pun diduga masih di bawah angka
morbiditas yang sebenarnya karena bronkitis kronis yang tidak terdiagnosis.
Bronkitis akut merupakan kejadian yang paling umum dalam pengobatan rawat
jalan, berkontribusi terhadap sekitar 2,5 juta kunjungan ke dokter di ASpada
1998. Di Amerika Serikat, biaya pengobatan untuk bronkitis akut sangat besar
untuk setiap episode, pasien menerima rata-rata dua resep untuk digunakan 2-3
hari.
Bronkitis
kronis dapat dialami oleh semua ras tanpa ada perbedaan. Frekuensiangka
morbiditas bronkitis kronis lebih kerap terjadi pada pria dibanding wanita.
Hanyasaja hingga kini belum ada angka perbandingan yang pasti. Usia penderita
bronkitiskronis lebih sering dijumpai di atas 50 tahun.
C.
ETIOLOGI
Secara
umum penyebab bronkitis dapat dibagi berdasarkan faktor lingkungan dan faktor
host/penderita. Penyebab bronkitis berdasarkan faktor lingkungan meliputi
polusiudara, merokok dan infeksi. Infeksi sendiri terbagi menjadi infeksi
bakteri ( Staphylococcus, Pertusis, Tuberculosis, mikoplasma), infeksi virus (RSV,
Parainfluenza,Influenza, Adeno) dan infeksi fungi (monilia). Faktor polusi
udara meliputi polusi asap rokok atau uap/gas yang memicu terjadinya bronkitis.
Sedangkan faktor penderitameliputi usia, jenis kelamin, kondisi alergi dan
riwayat penyakit paru yang sudah ada.
Berdasarkan
penyebabnya bronkitis dibagi menjadi dua yaitu bronkitis infeksi osadan
bronkitis iritatif.
1. Bronkitis
infeksiosa
Bronkitis
infeksiosa disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus, terutama Mycoplasma pneumonia dan Chlamydia. Serangan bronkitis berulang
bisa terjadi pada perokok dan penderita penyakit paru dan saluran pernapasan
menahun. Infeksi berulang bisa merupakan akibat dari:
· Sinusitis
kronis
· Bronkiektasis
· Alergi
· Pembesaran
amandel dan adenoid pada anak-anak 2.
2. Bronkitis iritatif
Bronkitis
iritatif adalah bronkitis yang disebabkan alergi terhadap sesuatu yang dapat
menyebabkan iritasi pada daerah bronkus. Bronkitis iritatif bisa disebabkan
oleh berbagai jenis debu, asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik
klorin,hidrogen sulfida, sulfur dioksida dan bromine, polusi udara yang
menyebabkan iritasiozon dan nitrogen dioksida, tembakau dan rokok lainnya.
Faktor etiologi utamaadalah zat polutan.
D.
MEKANISME
Dua
faktor utama yang menyebabkan bronkitis yaitu adanya zat-zat asing yang ada di
dalam saluran napas dan infeksi mikrobiologi. Bronkitis kronik ditandai dengan
hipersekresi mukus pada saluran napas besar, hipertropi kelenjar submukosa pada
trakea dan bronki. Ditandai juga dengan peningkatan sekresi sel goblet di
saluran napas kecil, bronki dan bronkiole, menyebabkan produksi mukus berlebihan, sehingga akan memproduksi
sputum yang berlebihan.
E.
ALUR DIAGNOSIS
a. Anamnesis : riwayat penyakit yang ditandai
tiga gejala klinis utama (batuk, sputum, sesak) dan faktor-faktor penyebabnya.
b. Pemeriksaan fisik.
· Bila
ada keluhan sesak, akan terdengar ronki pada waktu ekspirasi maupun inspirasi
disertai bising mengi.
· Pasien
biasanya tampak kurus dengan barrel-shape chest (diameter anteroposterior dada
meningkat).
· Iga
lebih horizontal dan sudut subkostal bertambah.
· Perkusi
dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih rendah, pekak
jantung berkurang.
· Pada
pembesaran jantung kanan, akan terlihat pulsasi di dada kiri bawah di pinggir
sternum.
· Pada
kor pulmonal terdapat tanda-tanda payah jantung kanan dengan peninggian tekanan
vena, hepatomegali, refluks hepato jugular dan edema kaki.
c.
Pemeriksaan penunjang.
1) Pemeriksaan radiologi.
Ada
hal yang perlu diperhatikan yaitu adanya tubular shadow berupa bayangan garis-garis
yang paralel keluar dari hilus menuju apeks paru dan corakan paru yang
bertambah.
2) Pemeriksaan fungsi paru.
Terdapat
VEP1 dan KV yang menurun, VR yang bertambah dan KTP yang normal. Sedang KRF
sedikit naik atau normal. Diagnosis ini dapat ditegakkan dengan spirometri,
yang menunjukkan (VEP) volume ekspirasi paksa dalam 1 detik < 80% dari nilai
yang diperkirakan, dan rasio VEP1 : KVP <70%.
3) Pemeriksaan gas darah.
Penderita
bronkitis kronik tidak dapat mempertahankan ventilasi dengan baik sehingga
PaCO2 naik dan PO2 turun, saturasi hemoglobin menurun dan timbul sianosis,
terjadi juga vasokonstriksi pembuluh darah paru dan penambahan eritropoeisis.
4) Pemeriksaan EKG.
Pemeriksaan
ini mencatat ada tidaknya serta perkembangan kor pulmonal (hipertrofi atrium
dan ventrikel kanan)
5) Pemeriksaan laboratorium darah : hitung sel
darah putih.
F. PENATALAKSANAAN
& PENCEGAHAN
a. Penyuluhan.
Harus
dijelaskan tentang hal-hal mana saja yang dapat memperberat penyakit dan harus
dihindari serta bagaimana cara pengobatan yang baik.
b. Pencegahan.
Mencegah
kebiasaan merokok (dihentikan), menghindari lingkungan polusi, dan dianjurkan
vaksinasi untuk mencegah eksaserbasi.
Referensi
Mansjoer, Arif.,
Triyanti, Kuspuji., dll. Editor. 1999. Kapita
Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran UI
Djojodibroto, R.
Darmanto. 2009. Respirologi (Respiratory
Medicine). Jakarta : EGC
W.Sudoyo, Aru.,
Setiyohadi, Bambang., dll. Editor. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta : Interna Publishing
A.Price, Sylvia.,
M.Wilson Lorraine. Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit edisi 6 volume 2. Jakarta : EGC
0 komentar:
Posting Komentar